Sobat Eduardus, kali ini kita sekilas berselancar tentang penyebaran dan perkembangan Agama Katolik di bumi Manggarai, tana Nuca Lale. Dalam perjalanannya, Agama Katolik mengalami kemajuan pesat yang kini sudah berkembang menjadi dua keuskupan, yakni Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo.
Peranan pendidikan sangat penting waktu itu dalam penyebaran Agama Katolik. Anak-anak dapat pelajaran Agama.
Guru-guru di luar jam sekolah jadi guru Agama Katolik mengajar Agama di kampung-kampung dengan bekal katekismus dan lentera.
Pada tahun 1910 -1911, Kongregasi Serikat Jesuit masuk di tanah Manggarai. Pater Henrikus Looijmans, S.J. membaptis untuk pertama umat Allah di Reo pada 17 Mei 1912.
Ketika itu ada lima orang calon baptis yang dibaptis oleh Pater Henrikus Looijmans menjadi penganut Agama Katolik perdana di Manggarai.
Adalah Katarina Arbero, Henricus, Agnes Mina, Caecilia Weloe dan Helena Loeoe. Dengan pembaptisan kelima orang tersebut menjadi peletak dasar berdirinya Gereja Katolik di wilayah Manggarai.
Pada tahun 1914, pelayananan pastoral gereja Manggarai diserahkan kepada SVD, Serikat Sabda Allah.
Dengan kedatangan Mgr. P.Piet Noyen, SVD, dan Pater Wilem Baack, SVD, maka secara resmi pada tanggal 23 September 1920 berdirinya Serikat misionaris SVD di tanah Manggarai.
Pada tahun 1925 jumlah umat Katolik semakin bertambah menjadi 7.036 orang umat tersebar pada dua Paroki, yakni Paroki Rekas dan Paroki Lengko Ajang.
Tahun 1929-1931, mulai membangun Gereja Katedral di Ruteng. Tanggal 8 Maret 1951, Tahta Suci Vatikan di Roma, menaikan status Gereja Manggarai di Ruteng menjadi Vikariat Apostolik Ruteng, dengan menunjuk pemimpin Vikaris Apostolik Ruteng adalah Mgr. Wihelmus Van Bekkum, SVD. Pada 3 Januari 1961, status Vikariat Apostolik Ruteng ditingkatkan menjadi Keuskupan Ruteng.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan Gereja Katolik di tanah Manggarai Raya masa lalu, selalu mengikuti denyut nadi para petani, nelayan dan orang kecil yang sedang mencari cahaya di tengah kehidupan umat yang haus akan terang Kristus.
Setelah Kristus Bangkit dari Alam Maut menuju tanah Galilea yang aman, damai dan kondusif.
Kristus itu mewarta di tanah Nuca Lale, sejak 1910, melalui pewartaan dan pembawa Kabar Gembira tentang Garam dan Lilin Kristus yang melarut dan membawa terang dan kegembiraan di tengah umat Gereja Katolik tanah Manggarai kala itu.
Berbeda dengan Serikat Jesuit yang berpastoral secara sporadis saja. Sedangkan Serikat misionaris SVD mengawali misi penggembalaannya dengan berbagai strategi membuka Sekolah Rakyat di Rekas sebagai pusat misio untuk merambah wilayah Manggarai bagian Barat pada waktu itu.
Dan Lengko Ajang untuk merambah ke seluruh wilayah Manggarai Timur.
Labuan Bajo, dalam pertumbuhan dan perkembangan gereja Katolik sungguh sangat pesat. Hal ini berangkat dari sebuah refleksi spiritual seorang misionaris, Pater Eichman (1930-1936) di Rekas.
Pater Eichman adalah sosok gembala yang memiliki bakat, talenta, serta berwibawa.
Pastor ini mewartakan Terang Kristus kepada para murid Sekolah Rakyat Rekas waktu itu, termasuk Bapak Dula dari Rambang (orang tua kandung dari bapak Frans Dula Burhan, mantan Bupati Manggarai dan bapak Agustinus Ch. Dula, mantan Bupati Manggarai Barat).
Kini, Labuan Bajo, dengan pertumbuhan pariwisata holistik dan ekonomi dan ekologis yang berkelanjutan, wajar dan sudah tiba saatnya didorong untuk dijadikan sebagai Keuskupan di masa depan.
Geliat perkembangan suku bangsa dan interaksi sosial yang datang dan berdomisili di kota ini, semakin hari semakin tambah tumbuh, dan berkembang, beradaptasi dalam kebhinnekaan Tunggal Ika, multikural, indah, permai tanpa konflik sosial, kini dan yang akan datang.***