Irong Ngerit dalam Sendratari Orang Muda Katolik Santo Eduardus Watunggong

Orang Muda Katolik St Eduardus Watunggong Congkar-Manggarai Timur, NTT sukses menampilkan tarian yang disadur dari budaya Irong Ngerit (puasa adat) yang dilakukan setiap tahun di gendang Ntungal Kelok Watunggong dan Wea sebagai langkah awal memasuki musim tanam dalam beragam ritus yang penuh dengan kesakralan nilai-nilai luhur warisan tak ternilai dari para pendahulu.

Orang Muda Katolik St Eduardus Watunggong ketika menampilkan tarian budaya Irong Ngerit yang terus dilestarikan dan dilaksanakan di gendang Ntungal Kelok Watunggong dan Wea

Festival Lembah Sanpio Kisol menjadi wadah bagi saya kreativitas dalam berbagai bidang dan keutamaan.

Salah satunya adalah wadah bagi penampilan seni budaya dalam keberagaman kreativitas serta keunikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Orang Muda Katolik (OMK) St Eduardus Watunggong Congkar-Manggarai Timur, NTT pun turut menampilkan sebuah tarian yang mengangkat tentang sebuah ritus dan ritual tahunan.

Mereka mengekspresikan Irong Ngerit dalam tarian yang cukup indah dan menarik, menawan untuk dipandang.

Irong ngerit merupakan sebuah ritus tahunan yang dilakukan oleh dua desa di Kecamatan Congkar yakni di desa Satar Nawang dan Wea sebagai ka'e agu ase dalam lingko Ntungal Kelok.

Ritual irong ngerit dilaksanakan setiap tanggal 27-29 September setiap tahun dengan larangan-larangan yang wajib ditaati.

Irong ngerit didahului dengan ritus tapa Satar (arti harafiah : bakar padang) dan ketebalan asap yang mengepul menandai sebanyak itu hasil yang akan dipanen nanti.

Setelah tapa Satar dilanjutkan dengan acara teing hang untuk mengundang leluhur dan memohon restu menjelang musim tanam.

Ritus berikutnya yakni weri (tanam bibit secara simbolis) oleh Tu'a Teno (kepala suku) sebagai tanda dimulainya musim panas.

Selanjutnya, ritus hang kur yakni sebagai penangkal ham yang akan merusak tanaman. Tu'a Teno bertindak akan mengusir hama secara simbolis dan diyakini sebagai kuasa yang ampuh.

Lalu, perjamuan bersama di rumah gendang setelah dilakukan ritus kurban hewan di rumah gendang (rumah adat). 

Kemudian, tepat pukul 22.00 WITA (jam 10 malam) dilaksanakan ritus lengka irong yakni pengumuman dimulainya irong ngerit (puasa adat).

Petugas atau Tua Golo bersama anggotanya berjalan keliling mengecek suasana selama masa irong ngerit (puasa) untuk memastikan ketaatan semua ro'eng (masyarakat) menjalani ritual dimaksud.

Sejatinya banyak larangan dan pantangan yang harus diikuti pada saat itu dan yang melanggar akan dikenakan sanksi adat sebagaimana yang sudah disepakati bersama.

Irong ngerit ini dibawakan dalam sendratari yang sangat baik dan indah oleh OMK St Eduardus Watunggong sebagai bentuk pelestarian budaya kepada generasi penerus gendang Ntungal Kelok.

Bagi siapapun yang ingin mengetahui dan turut melaksanakan puasa adat boleh datang ke Watunggong  setiap 27-29 September.***

Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT