St. Yuliana dari Liege merupakan tokoh penting yang berperan dalam penetapan hari yang dikhususkan untuk menyembah Allah yang hadir dalam Ekaristi. Ia lahir di Liege, Belgia, pada tahun 1191 atau 1192, dan di kota tersebut terdapat sekelompok wanita yang membaktikan diri bagi ibadah Ekaristi. Pada usia 5 tahun, St. Yuliana menjadi anak yatim piatu, lalu ia pun diserahkan ke biara Agustinian, dan di sinilah ia mengembangkan devosi dan penghormatan khusus kepada Sakramen Mahakudus.
Pesta Corpus Christi, atau dikenal secara resmi dalam Gereja Katolik sebagai Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Maha Kudus, adalah sebuah hari raya yang diakui oleh Gereja Katolik. Tujuannya adalah untuk menghormati Ekaristi, dan oleh karenanya tidak memperingati satu peristiwa apa pun dalam kehidupan Yesus.
Pesta ini secara liturgi dirayakan pada hari Kamis setelah Minggu Tritunggal atau, "jika Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Yang Mahakudus bukan merupakan hari suci wajib , ia ditetapkan pada hari Minggu setelah Tritunggal Mahakudus sebagai hari yang tepat" .
Pada pesta Tubuh dan Darah Kristus ini, kita ingin mengenangkan secara khusus kehadiran Yesus di dalam Ekaristi Mahakudus.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus telah menjadi tradisi yang kaya dalam Gereja Katolik. Perayaan ini pertama kali diperkenalkan oleh Uskup Liege, Santo Yulius I pada tahun 1246. Kemudian, perayaan ini menyebar dengan sangat cepat ke Gereja Katolik seluruh dunia.
Asal usul hari raya tersebut dapat ditelusuri hingga ke abad pertengahan. St. Yuliana dari Liege merupakan tokoh penting yang berperan dalam penetapan hari yang dikhususkan untuk menyembah Allah yang hadir dalam Ekaristi. Ia lahir di Liege, Belgia, pada tahun 1191 atau 1192, dan di kota tersebut terdapat sekelompok wanita yang membaktikan diri bagi ibadah Ekaristi. Pada usia 5 tahun, St. Yuliana menjadi anak yatim piatu, lalu ia pun diserahkan ke biara Agustinian, dan di sinilah ia mengembangkan devosi dan penghormatan khusus kepada Sakramen Mahakudus.
Ia selalu merindukan adanya pesta khusus di luar Masa Prapaskah untuk menghormati Ekaristi. Melalui riwayat hidupnya, kita mengetahui bahwa kerinduan ini ditopang oleh adanya penglihatan tentang Gereja yang ia alami. Ia melihat Gereja sebagai bulan purnama, namun terdapat satu titik hitam pada bulan tersebut, yang menandakan tidak adanya hari raya khusus bagi penghormatan Ekaristi. Pada tahun 1208, ia juga mendapat penglihatan yang mana Kristus memintanya untuk menetapkan hari raya Corpus Christi. Penglihatan tersebut diulangi selama 20 tahun kemudian dan ia tetap merahasiakannya, hingga pada akhirnya ia menceritakan hal tersebut kepada bapa pengakuannya, lalu bapa pengakuannya menyampaikan kepada uskup.
Agar cerita historis ini tidak terlalu panjang, cukuplah disebutkan bahwa terdapat dua orang lainnya yang berperan dalam penetapan Hari Raya Corpus Christi: pertama seorang Dominikan yang terpelajar, Hugh of St. Cher, yang kedua adalah Uskup Liege Robert de Thorete, yang pertama kali menetapkan hari raya tersebut di keuskupannya pada hari Kamis setelah hari Minggu Trinitas. Selanjutnya pada tahun 1264, Paus Urbanus IV menetapkan hari raya tersebut bagi seluruh Gereja ritus latin. Patut pula kita perhatikan bahwa St. Thomas Aquinas, salah satu teolog terbesar Gereja, juga menyusun himne Ekaristis (silakan baca artikel 5 Madah Ekaristi Aquinas) dan liturgi untuk Hari Raya Corpus Christi. ***