Tahbisan Imam Baru Keuskupan Ruteng, Disentuh oleh Tangan yang Membentuk

Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat menahbiskan delapan orang Diakon menjadi Imam Baru dalam perayaan Ekaristi yang dirayakan di Gereja Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga dan Santo Yosep Katedral Ruteng dihadiri dan disaksikan oleh puluhan Imam, biarawan-biarawati, keluarga para yubilaris tamu undangan serta ribuan umat yang memadati dalam gereja.

Kolase foto tahbisan Imam Baru Keuskupan Ruteng

Gereja Katolik universal, lebih khusus Gereja Katolik Keuskupan Ruteng hari ini sungguh dirahmati dan diberkati.

Tahun ini tepat hari Jumat 10 Oktober 2025, Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat menahbiskan 8 orang diakon menjadi Imam Baru.

Lima diantaranya adalah Imam Diosesan Keuskupan Ruteng,  dua lainnya adalah Imam dari Kongregasi atau Societas Virbi Divini (SVD) dan satu orang dari Serikat Monfortan.

Perayaan Ekaristi pentahbisan dilaksanakan tepat pukul 08.30 wita yang berlangsung khidmat dan agung.

Dalam kotbahnya, Uskup Siprianus mengutip kalimat-kalimat dari Sabda Allah yang dibacakan.

Salah satunya adalah dari kisah Nabi Yeremia: "Sebelum aku membentuk engkau di dalam rahim ibumu, aku telah mengenal engkau".

Yeremia tidak merasa layak, tidak merasa pantas, tidak merasa cukup pintar di hadapan Tuhan, tetapi Tuhan cuma menjawab, Aku telah mengenal engkau. 

"Kisah Yeremia bukan hanya sekedar pengenalan biasa tetapi mengenal secara intim, sejak semula. Panggilan menjadi immat dimulai dalam pikiran Tuhan yang kekal, bahkan sebelum dunia dijadikan. Dan ketika waktunya tiba, Tuhan menjamah yang dipanggil," Jelas Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat. 

Ketika Tuhan menyentuh hati, hati itu mulai berubah, dibentuk ulang menjadi lebih lembut, dari tanah liat yang keras menjadi lebih  lembut. Tuhan hanya berkata, Ikutlah Aku. 

Apapun alasannya ketika Tuhan telah menetapkan maka semua akan menjadi lebih mudah. Tuhan memanggil kita tidak harus menunggu kita siap, kita hebat tetapi ketika saatnya tiba maka semuanya akan digenapi.

Bagaimananpun kita berupaya untuk berlalri dari jangkauan Tuhan, tetap tidak akan mamou karena Tuhan lebih dulu menangkap kita.

Ketika kasih Kristus sudah menangkap  maka segala yang dahulu  penuh kemewahan, prestisius, kemegahan menjadi tidak bernilai di hadapanNya. Sekali seseorang ditangkap oleh Tuhan tidak bisa lagi hidup untuk dirinya sendiri tetapi hidupnya sudah untuk Tuhan dan Gereja. 

Para imam diutus tanpa jaminan kenyamanan. Seigala mempunyai liangnya, burung di udara mempunyai sarang terapi anak manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepalanya. 

Siapapun yang selalu menoleh ke belakang,  ke masa lalu maka tidak layak untuk membajak. Maka ketika Tuhan memanggil maka tidak boleh ada alasan untuk menolak.

Imam adalah manusia yang terus bergerak maju, maju meskipun kadang ia ragu, ia lelah, ia diabaikan tetapi tidak boleh lelah karena ada tangah kasih yang selalu menyertai yakni tangan Tuhan. 

Tuhan memanggil kita melampaui batas dan waktu. Di tengah perkembangan zaman dan teknologi suara Tuhan masih tetap dan terus nyaring memanggil mereka yang dikehendaki dan telah ditetapkanNya sejak dahulu. 

Imamat bukan tentang kekuatan sendiri tetapi tentang kelemahan Imam yang dikuatkan oleh Tuhan. 

Mari mendukung jawaban "ya" kedelapan imam baru untuk senantiasa menjaga imamat yang adalah rahmat untuk kita semua.

Para imam baru yang ditahbiskan langsung mendapatkan tempat tugas dan semuanya kembalike paroki tempat praktek diakonat, salah satunya Paroki St Eduardus Watunggong.***





Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT