Pada tanggal 21 November 1893, ia meninggalkan keluarganya dan mulai meniti hidup komunitas bersama dengan dua mantan muridnya yakni Maria Natale dan Carmela Rullo. Lima bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 5 Februari 1894, pimpinan gereja lokal meresmikan karya katekse yang dirintisnya.
Giulia Salzano lahir dan
dibabtis di St. Maria Capua Vetere, Caserta-Italia pada tanggal 13 Oktober 1846
dari pasangan Diego Salzano seorang Kapten raja Ferdinan II dan Adelaide
Valentino ibu rumah tangga. Ia adalah Putri keempat dari tujuh bersaudara.
Ibunya menjadi janda pada saat Giulia berusai 5 tahun, ketika ayahnya meninggal
dunia akibat penyakit kolera yang menyerang kotanya pada masa itu. Karena
peristiwa ini, Giulia kecil dititipkan pada panti asuhan milik Suster-suster
Cinta Kasih di jalan San Nicola-Caserta, hingga berusia 15 tahun.
Pada usia 8 tahun
tepatnya pada tanggal 8 Desember 1954, ia menerima Komuni pertama bertepatan
dengan hari di mana Paus Pius ke IX mengumunkan Dogma Maria dikandung tanpa
noda dosa. Enam tahun kemudian, pada tahun 1860 ia menerima sakramen krisma di
usianya yang ke 14 tahun. Selama berada di Panti Asuhan bersama dengan para suster,
ia mendapatkan pendidikan iman yang kokoh dan kehidupan moral yang sangat
baik.
Pada usia 15 tahun, Giulia meninggalkan Panti
asuhan dan kembali ke keluarganya. Karena belum menyelesaikan pendidikan
diploma di dalam panti asuhan, ibunya mendatangkan Guru privat baginya hingga
ia mendapatkan gelar diploma pada tahun 1865. Pada tahun yang sama ia langsung
diterima menjadi seorang guru di Casoria-Napoli. Giulia Salzano menjabat sebagai guru sekolah
dan katekis di paroki San Mauro, Casoria-Italia. Ia dikenal sebagai guru dan
katekis yang sangat dicintai oleh murit-murit dan umat yang dilayaninya. Ia
memiliki cita-cita yang sangat mulia yakni untuk mempertobatkan semua orang
Casoria sehingga nama Yesus semakin dikenal.
Dalam pergulatan
hidupnya mencari kehendak Tuhan, pada tahun 1877, ia bertemu dengan Sr. Caterina
Volpiceli, pendiri Kongregasi Suster-Suster Hamba Hati Kudus Yesus. Ia
mendapatkan kepercayaan untuk menjadi kepala bagi kelompok wanita yang menjahit
pakaian untuk gereja-gereja miskin. Dalam menjalankan tugas yang dipercayakan
kepadanya, Volpiceli melihat sinar panggilan yang memenuhi jiwa Giulia, untuk
suatu panggilan hidup yang lebih serius.
Pertemuan dan persahabatan ini membuka
jalan bagi panggilan hidup dan pengabdiannya kepada Tuhan. Relasi kedua jiwa
terpanggil ini dibakar oleh semangat yang menyala-nyala untuk membangun misi
dan karya kerasulan dalam Gereja Kudus. Pada awalnya, Giulia ingin bergabung bersama
dengan kongregasi yang didirikan oleh Volpiceli, namun dalam perjalanan waktu
atas nasehat Volpoceli dan Bapa Spiritulnya, Pader Ludovico, ia meninggalkan
kongregasi ini dan mulai merintis panggilan dan karyanya sendiri.
Meniti Panggilan Suci
Sesudah meninggalkan Volpiceli ia mulai merintis tapak-tapak panggilan dan benih cinta pada karya pewartaan sebagai katekis awam. Ia mengabdikan dirinya bagi pelayanan orang-orang miskin baik itu miskin material maupun rohani. Penghasilan yang diperolehnya sebagai seorang guru digunakan untuk membantu orang-orang miskin sekaligus memperlancar karya pewartaan dan pelayanannya sebagai katekis. Karena begitu banyak tugas dan beban pekerjaan yang harus ditanggung, mengakibatkan kesehatannya menurun. Maka pada tahun 1890, ia berhenti sebagai seorang guru dan memfokuskan perhatian sepenuhnya pada karya pewartaan dan pelayanan sebagai seorang katekis. Ia membuka rumahnya sebagai tempat bagi karya katekese untuk semua kelompok usia dan ruang menjahit pakaian bagi gereja-gereja miskin.
Pada tanggal 15 Oktober
1890 rumahya diresmikan dengan nama organisasi Perserikatan Suci Hamba-Hamba
Dina. Sambil mengumpulkan
anggota-anggota baru yang ingin bergabung bersamanya, ia terus berjuang meminta
ijin kepada otoritas Gereja lokal Napoli untuk memiliki Tabernakel di rumahnya,
melakukan adorasi jumat pertama bersama dengan umat di rumahnya dan
menyebarluaskan devosi kepada Hati Kudus Yesus. Pada tanggal 10 November 1890,
surat ijin dikeluarkan dan secara resmi
rumahnya dijadikan sebagai rumah pusat spiritualitas bagi berbagai karya
pelayanan katekese dan devosi kepada Hati Kudus serta karya amal lainnya kepada
orang-orang miskin.
Dengan peristiwa ini,
Giulia Salzano semakin membulatkan tekadnya menjadi seorang biarawati. Untuk
mewujutkan impian dan cita-citanya mulia ini, ia semakin teguh dan giat
membangun relasi intim dengan Tuhan melalui doa, adorasi dan mati raga, serta
mengabdikan seluruh hidupnya untuk karya katekese bagi semua orang yang haus
akan sabda Tuhan. Ia berkata: “Saya akan melakukan katekese sampai akhir hidup,
dan saya akan sangat bahagia bila Tuhan memperkenankan saya mati saat melakukan
karya katekese”. Dalam kurun waktu yang singkat karya pelayanan pelayanan
Giulia Zalsano makin terkenal.
Namun, ia melihat dirinya
sebagai seorang hamba yang dipakai Tuhan untuk mewartakan kabar sukcita bagi
mereka yang terlantar dan miskin baik materi maupun hidup imannya. Maka, ketika
ia menghadapi banyak tantangan dan pernolakan baik dari pihak awam maupun dari
hierarki, tidak mematahkan semangatnya. Bahkan, ada anggota hierarki yang
menyarankannya untuk kembali bergabung bersama dengan Caterina Volpiceli, ia
menolak dan memilih untuk berdiri di atas kakinya sendiri, meniti suatu
kongregasi baru yang mengabdikan diri bagi karya katekese dalam semangat
Spiritualitas Hati Kudus Yesus.
Pada tanggal 21
November 1893, ia meninggalkan keluarganya dan mulai meniti hidup komunitas
bersama dengan dua mantan muridnya yakni Maria Natale dan Carmela Rullo. Lima
bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 5 Februari 1894, pimpinan gereja lokal meresmikan karya
katekse yang dirintisnya. Pada tahun-tahun selanjutnya dengan pergantian
pimpinan gereja lokal, ia menghadapi begitu banyak kesulitan dan tantangan,
dari otoritas gereja lokal yang menolak kehadirannya dengan karyanya yang
gemilang, karena dianggap sebagai saingan. Di tengah tantangan dan penderitaan
yang dihadapi, ia berkata, “banyak kesulitan yang Tuhan hadirkan sungguh
menyakiti perasaan saya, karena Tuhan memberikan saya perasaan yang sangat
halus, namun Dia tidak membiarkan saya pergi dari hadapan-Nya, tetapi justru
membentuk hati saya menjadi kuat seperti baja untuk terus melangkah ke depan”.
1) Merayakan
Misa setiap hari di rumahnya sekalipun hari raya.
2) Melakukan
adorasi Sakramen Mahakudus di rumahnya setiap Jumat sepanjang tahun dan juga
pada hari-hari raya besar.
3) Mengizinkan
seorang imam diosesan untuk mendengarkan pengakuan dosa di rumahnya kepada
seluruh umat.
Selain itu ia juga menyertakan jadwal yang telah ditetapkan dan dijalankan dalam satu minggu untuk kegiatan-kegiatan rohani di tempatnya. Pembinaan iman umat dijalankan pada semua hari mulai dari persiapan penerimaan sakramen - sakramen gereja sampai pada pembinaan hidup iman umat dari semua golongan usia.
Pada akhirnya ia
mendapat restu dan ijin dari takta Suci untuk mendirikan kongregasi
Suster-Suster Katekis Hati Kudus Yesus. Tepatnya pada 21 November 1905, bersama
dengan 6 orang suster lainnya, yakni Chiarina, Carmela Rullo, Maria Natale, Carmela
Piscopo, Teresa Daino, Rachele Marino, dan Albina Lenzi, Gulia Salzano menerima
pakaian kebiaraan dan mengikrarkan kaul pertama. Hari inilah yang dijadikan
sebagai hari lahirnya kongregasi. Sesudah mendirikan kongregasi ini, Giulia
Salzano mendampingi para susternya selama 24 tahun. Pada usia 83 tahun,
tepatnya pada tanggal 27 Mei 1929, sehari sesudah mendampingi kurang lebih 100
orang anak yang mempersiapkan diri untuk menerima komuni pertama, orang kudus
ini kembali ke pangkuan bapa surgawi.
Ia pergi menghadap
rumah Bapa, dengan meninggalkan warisan iman dan semangat hidup yang membara di
hati putri-putri yang mengikuti jejaknya untuk mewartakan kasih dan kebaikan
Tuhan kepada semua orang. Pesan rohani yang terus membakar semangat para suster
Katekis hingga zaman ini adalah “seorang
Suster katekis sejati harus rindu mati di tengah anak-anak dan mereka yang
menderita jika hal itu berkenan kepada Allah”.
Proses Kanonisasi
Pada tanggal 29
Januari 1937 proses Kanonisasi dimulai. Pada tanggal 25 Januari 1994, sebuah
dokumen yang menguraikan tentang
kehidupan, kebajikan dan reputasi kesucian Giulia Salzano disampaikan kepada
Kongregasi Penggelaran Orang Suci. Proses ini berlangsung selama kurang lebih
28 tahun hingga tanggal 23 April 2002, ketika
Paus Yohanes Paulus II memerintahkan penerbitan Dekrit yang mengakui kebajikan
heroik dari Giulia Salzano dan
menganugerahkan gelar Hamba Tuhan kepadanya. Pada tanggal 20 Desember di
tahun yang sama, St. Yohanes Paulus II kembali menandatangani Dekrit yang
mengakui keajaiban yang dikaitkan dengan perantaraan Giulia Salzano, menyatakan
dirinya “Diberkati”.
Sesudah mempelajari kisah hidup dan karisma Giulia Salzano, Paus Yohanes Paulus II memberi gelar kepadanya sebagai “Nabi Wanita Evangelisasi Baru”. Gelar ini diterimanya sesuai dengan karisma dan semangat pelayanannya seorang katekis sejati.
Setahun setelah
menerima Gelar Nabi Wanita Evangelisasai Baru, tepatnya pada tanggal 27 April
2003, Giulia Salzano dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II di lapangan
Santo Petrus Roma-Italia. Dalam kesempatan ini, Kardinal Michele Giordano
mengungkapkan pengakuannya terhadap iman heroik yang dimiliki oleh Beata Giulia
Salzano:
“Kita memiliki dalam diri beata Giulia Salzano sebuah
model baru yang kepadanya kita mengarahkan pandangan untuk memulai kembali dari
Kristus, penginjil kasih Bapa. Bersama Giulia kita memohon kepada Allah agar
kita dapat kembali ke akar yang benar yakni mewartakan kasih Bapa kepada semua
makhluk, seraya menyerahkan diri kita kepada kasih Bapa dan membiarkan diri
beristirahat dalam hati-Nya yang Maha Kudus apabila kelelahan dunia melanda
kita. Kita harus terus belajar dari Giulia untuk membiarkan diri kita dibakar
oleh kasih Hati Kudus Yesus sehingga dapat menyediakan diri secara total bagi
orang-orang berdosa, orang miskin dan anak kecil. Kita harus mampu membangun
komunikasi dari hati ke hati, karena inilah rahasia spiritual manusia milenium
ketiga, yang haus akan kebenaran dan kasih Bapa. Dua hati menjadi pelopor hati
Salzano, yakni hati Maria yang tak bernoda dan Hati Kudus Yesus, dan ia selalu
membawa orang, menyemangati dan menghantar mereka kepada kedua hati ini.
Akhirnya pada 17 Oktober 2010, atas kehendak ilahi dan melalui proses yang panjang dan perjuangan yang tak kenal lelah dari Kongregasi Suster-Suster Katekis Hati Kudus, Giulia Salzano diijinkan untuk menambah barisan para kudus Gereja dengan dikanonisasi menjadi santa oleh Paus Benediktus XVI di lapangan St. Petrus Roma Italia.
Kongregasi Suster-Suster Katekis Hati Kudus Yesus (SCSC) merupakan kongregasi religius yang ikut mengambil bagian dalam pelayanan Gereja kudus, khususnya melalui katekese dengan berlandaskan pada spiritualitas Hati Kudus Yesus. Setiap anggota kongregasi dituntut untuk hidup dalam semangat Hati Kudus Yesus, dan dengan setia menyebarluaskan devosi kepada Hati Kudus ke seluruh dunia.
Kongregasi
Suster-Suster Katekis Hati Kudus Yesus telah berkarya di 7 negara di dunia.
Diantaranya Italia, Kanada, Brasil, Filipina, India, Kolombia dan Indonesia. Di Indonesia, kongregasi ini masuk pada 30
September tahun 2000 oleh Sr. Maria Carmel Mansueto, SCSC. Hingga saat ini,
Kongregasi SCSC telah tersebar di 5 keuskupan di Indonesia yakni keuskupan
Ruteng, keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Denpasar dan
Keuskupan Ketapang, Kalimantan Barat.
Dengan memusatkan perhatian pada
karisma Ibu pendiri, Kongregasi ini berkarya di bidang Pastoral dan Pendidikan.
Sebagai Katekis dan Pendidik mereka berkarya di paroki-paroki dan juga
sekolah-sekolah khususnya bersama anak-anak dan kaum muda, pendampingan
keluarga-keluarga dan orang sakit serta kaum marginal. Semangat pelayanan
mereka tidak terlepas dari Spiritualitas kongregasi yakni devosi Hati Kudus
Yesus.
Devosi kepada Hati Kudus Yesus adalah devosi utama kongregasi dan menjadi dasar bagi spiritualitas kongregasi. Melalui devosi ini, setiap anggota kongregasi dipanggil untuk mengalami kasih Allah dan menjawab kasih itu dengan iman, pengabdian, dan pertobatan yang tulus setiap hari dalam tugas dan pelayanan”.
Penghormatan
ini, tidak hanya sebatas doa tetapi juga diwujudkan dalam seluruh hidup dan
karya pelayanan, sebagai ungkapan cinta yang total kepada Kristus. Dengan
demikian setiap anggota kongregasi yang mengabdikan diri kepada Hati Kudus
Yesus diminta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Hati Kudus, mengikuti
teladan-Nya, dan hidup dalam persekutuan yang total dengan-Nya. Ini melibatkan
pengorbanan diri, pertobatan, dan pelayanan kepada sesama. Semangat
spiritualitas dan panduan hidup ini terangkum dan termuat dalam motto
kongregasi.
Moto
Kongregasi SCSC Ad Majorem Cordis Gesu Gloriam yang berarti “Demi
Kemuliaan Hati Kudus Yesus”, mendorong setiap anggota kongregasi untuk selalu
menatap kepada Dia yang tertikam tombak dan dari hati-Nya mengalir darah dan
air demi keselamatan manusia. Melalui persatuan yang erat dengan Kristus yang
tersalib, anggota Kongregasi mempersembahkan seluruh karya pelayanan dan
pengorbanan diri demi kemuliaan Hati Kudus Yesus. Tujuan akhir dari semua
pelayanan dan pengabdian, semata-mata demi kemuliaan Hati Kudus Yesus. Jadi,
Kongregasi Suster-Suster Katekis Hati Kudus Yesus adalah sebuah keluarga
Religius yang mengabdikan dirinya bagi pewartaan Gereja kudus melalui karya Katekese
dalam semangat Spiritualitas Hati Kudus Yesus.***
Sr. Florensia
Imelda Seran, SCSC.