Tahbisan Imamat merupakan sebuah rahmat istimewa dari Tuhan. Tuhan memilih dan menentukan sendiri orang-orang yang akan bekerja dan melayani di Ladang AnggurNya.
ParokiStEduardus : Daud. Ia akan mewajibkan dirinya untuk menjadi hamba Allah di sepanjang hidupnya. Setelah bertanya, bagaimana akan kubalas? sekarang ia berserah diri, yang jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. Ya TUHAN, aku hamba-Mu!(ay. 16). Inilah,
[1] Hubungan yang dimiliki Daud dengan Allah menurut pengakuannya: “Aku hamba-Mu. Aku memilih menjadi hamba-Mu. Aku bertekad menjadi hamba-Mu. Aku akan hidup dan mati dengan mengabdi kepada-Mu.” Ia telah menyebut umat Allah, yang berharga bagi-Nya, sebagai orang-orang yang dikasihi-Nya (kjv: orang-orang kudus-Nya – pen.), tetapi, ketika ia menerapkannya kepada dirinya sendiri, ia tidak berkata, sesungguhnya aku orang kudus-Mu (ini gelar yang tampak terlalu tinggi baginya), tetapi, aku hamba-Mu. Daud adalah seorang raja, namun ia bermegah dalam hal ini, bahwa ia adalah hamba Allah. Bukanlah suatu penghinaan, melainkan suatu kehormatan, bagi raja-raja terbesar di bumi untuk menjadi hamba-hamba Allah penguasa sorga. Di sini Daud tidak memuji Allah, sebagaimana yang biasa dikatakan di antara manusia, aku hambamu, Tuan. Tidak, melainkan, “Tuhan, aku benar-benar hamba-Mu. Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku hamba-Mu.” Dan ia mengulanginya lagi, sebagai suatu hal yang senang dipikirkannya dan sudah ditetapkannya untuk dipegang terus: “Aku hamba-Mu, aku hamba-Mu. Biar saja orang lain melayani tuan apa pun yang ingin mereka layani, tetapi aku ini benar-benar hamba-Mu.”
[2] Dasar dari hubungan itu. Dua cara bagaimana manusia menjadi hamba: pertama, melalui kelahiran. “Tuhan, aku lahir di rumah-Mu. Aku anak dari hamba perempuan-Mu, dan oleh sebab itu aku milik-Mu.” Sungguh merupakan rahmat yang besar untuk menjadi anak-anak dari orangtua yang saleh, sebab ini mengikat kita pada kewajiban dan dapat dijadikan sebagai seruan kepada Allah dalam meminta belas kasihan. Kedua, melalui penebusan. Orang yang membebaskan tawanan akan menjadikan tawanan itu sebagai hambanya. “Tuhan, Engkau telah membuka ikatan-ikatanku. Tali-tali maut yang meliliti aku itu, Engkau telah melepaskan aku darinya, dan oleh sebab itu aku hamba-Mu, dan berhak mendapatkan perlindungan-Mu seperti juga wajib mengerjakan pekerjaan-Mu.” Ikatan-ikatan yang telah Kau Buka akan mengikatku lebih erat lagi kepada-Mu.***