"Pintu yang Sempit dan Kehidupan yang Baik", Renungan, 25 Juni 2024

MENIMBA INSPIRASI SABDA TUHAN

Berjuanglah melalui pintu yang sempit

2Raj, 19:9-11,14-21,31-36

Mat, 7:6.12-14

"Pintu yang Sempit dan Kehidupan yang Baik"

Hari ini Yesus mempertegas dua aspek penting dalam hidup yaitu: jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak engkau kehendaki orang lakukan untukmu, dan berjuanglah melalui pintu yang sempit. Dua hal di atas adalah kaidah umum dalam kehidupan dan termaktub dalam berbagai ajaran agama dan kepercayaan. Jika ingin tidak diperlakukan buruk oleh orang lain, maka jangan lakukan itu kepada orang lain. Hal ini amat sederhana, serentak menggambarkan relasi timbal balik antar manusia. Dan setiap hasil yang dicapai melalui usaha dan kerja keras, pasti membawa kebaikan. Tetapi, kalau ditempuh melalui cara yang instan, gampang, pintas, maka akan menjerumuskan kita pada keburukan, hasil yang tidak berkualitas, dsb.

Yesus mempertegas kaidah umum di atas dengan maksud supaya kehidupan kita berjalan selaras dengan harapan Yesus. Setiap kita mempunyai kemampuan yang sama untuk menwujudkan kebaikan. Akan tetapi, kita susah mengelola egoisme diri. Egoisme diri menceburkan diri kita pada usaha-usaha untuk menguasai orang lain tanpa batas. Selalu ada kecemburuan apabila ada orang yang statusnya lebih tinggi atau kepemilikan barang mewah lebih banyak, cemburu karena selalu dipercaya orang lain, dsb. Situasi ini lahir dari egoisme dan bisa saja menempuh jalan instan untuk mencari penyamaan. Pada titik inilah akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan satu sama lain. Karena itu, untuk mewujudkan kebaikan dalam relasi satu sama lain, perlu meredam egoisme diri, menghormati satu sama lain, dan perlu usaha dan kerja keras dalam mendapatkan sesuatu. 


"Untuk masuk kepada kehidupan, mesti melewati pintu yang sempit." Penegasan Yesus ini tidak lebih dari kaidah umum tentang kerja keras. Tujuan dan kerinduan akan tercapai secara sempurna, apabila diusahakan melalui kerja keras, memiliki daya juang, dan bukan berleha-leha. Akan tetapi, dewasa ini terlalu banyak kemudahan untuk mencapai sesuatu. Ada Artificial Inteligence (AI) yang mampu menggantikan posisi manusia, bahkan lebih pintar dari manusia. Kehadiran AI mempermudah segala hal, tetapi tidak membentuk karakter yang baik dalam diri orang lain. Sehingga, hasil dari usaha yang gampang itu tidak bernilai. Tidak ada nilai perjuangan dan kerja keras yang membentuk karakter dalam diri seseorang. 

Mari selalu berjuang melewati pintu yang sempit, dan tanggalkanlan keegoisan diri kita untuk mencapai kebaikan.

Tuhan Yesus memberkati.


Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT