Hari ini gereja memperingati dan merayakan pesta para martir yang rela mengorbankan diri demi iman akan Kristus. Keutamaan iman mereka kepada Kristus menjadi teladan iman bagi umat Kristiani untuk semakin mencintai Kristus dan memperteguh serta mempertahanakan iman dalam setiap situasi kehidupan.
Berasal dari nama Romawi : Hadrianus yang berarti : "Berasal dari Hadria" atau “Orang Hadria” . Hadria adalah sebuah kota di Italia utara pada jaman Romawi kuno (kota ini juga memberi nama bagi Laut Adriatik).
St. Kasimirus dilahirkan pada tahun 1458, sebagai putera Kasimirus IV, raja Polandia. Kasimirus adalah seorang dari tigabelas bersaudara. Dengan bantuan ibunya yang saleh dan pengabdian gurunya, Kasimir memperoleh pendidikan yang sangat baik.
Ketika usianya tigabelas tahun, Kasimirus mendapat kesempatan untuk menjadi raja di negara tetangga, Hungaria, tetapi ia menolak. Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan berusaha mengamalkan nilai-nilai Kristiani. Ia berusaha selalu penuh sukacita dan bersahabat dengan semua orang. Di tengah-tengah kesibukannya, Kasimirus melakukan usaha untuk membantu dirinya sendiri bertumbuh secara rohani. Ia sering kali berpuasa dan tidur di lantai kamarnya sebagai silih. Ia berdoa setiap hari, kadang-kadang bahkan pada waktu tengah malam. Ia suka merenungkan dan berdoa tentang sengsara Yesus. Ia tahu bahwa hal itu adalah cara yang baik untuk memahami kasih Tuhan.
Kasimirus juga mengasihi Santa Perawan Maria dengan cinta yang istimewa. Untuk menghormatinya, seringkali ia mendaraskan puji-pujian yang indah. Nama puji-pujian tersebut ialah “Setiap hari, Setiap hari, Bernyanyilah bagi Maria.” Tulisan tangannya mengenai puji-pujian tersebut kelak dikuburkan bersamanya.
Kesehatan Kasimirus tidak pernah prima, namun demikian ia seorang yang pemberani serta kuat pendiriannya. Ia senantiasa melakukan apa yang ia anggap benar. Kadang-kadang ia bahkan memberikan nasehat kepada ayahnya, sang raja, agar memerintah rakyatnya dengan adil. Ia selalu melakukan hal ini dengan rasa hormat yang besar kepada ayahnya sehingga ayahnya mau mendengarkan nasehatnya.
St. Kasimirus amat mencintai serta menghormati kemurnian. Orangtuanya mendapatkan seorang gadis yang cantik serta saleh untuk dinikahkan dengannya. Tetapi, Kasimirus lebih memilih untuk mempersembahkan hatinya kepada Tuhan saja. Ketika sedang berada di Lithuania untuk suatu tugas kenegaraan, Kasimirus terserang penyakit tuberculosis. Ia wafat dalam usia duapuluh enam tahun. Kasimirus dinyatakan kudus oleh Paus Leo X pada tahun 1521.
Pembawa Damai / Penjaga Perdamaian
Beato Daniel Dajani lahir pada tanggal 2 Desember 1906 di Blinisht Albania. Ia masuk seminari menegah Serikat Jesus pada tahun 1918, dan melanjutkan ke novisiat Serikat Yesus di Gorizia Italia pada tahun 1926. Selepas novisiat, Daniel melanjutkan studi filsafat dan teologi di Seminari Tinggi Jesuit di Chieri, Torino. Studinya selesai pada tahun 1938 dan ia ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 15 Juli tahun itu juga.
Ditengah berkecamuknya perang dunia kedua, pada tahun 1940 Daniel Dajani,SJ ditugaskan ke tanah kelahirannya Albania untuk berkarya sebagai seorang pendidik di Seminari Serikat Jesus di kota Skhodra. Pada tahun 1945 ia diangkat menjadi Rektor Seminari tersebut.
Setelah perang dunia kedua berakhir, rezim Komunis pro Uni Soviet mengambil alih kekuasaan di Albania. Kaum komunis yang atheis lalu melancarkan penganiayaan terhadap Gereja dan umat kristiani. Gereja-gereja disegel, seminari-seminari ditutup dan biara-biara dibubarkan. Para rohaniwan-rohaniwati ditahan dengan berbagai tuduhan palsu, dijebloskan ke dalam penjara dan di eksekusi mati.
Pater Daniel Dajani tertangkap pada tanggal 31 Desember 1945 bersama pater Giovanni Fausti. Mereka ditahan selama dua bulan lalu dijatuhi hukuman mati pada tanggal 22 Februari 1946 dengan tuduhan : menjadi mata-mata Vatikan dan pengkhianat rakyat Albania.
Pada tanggal 4 Maret 1946, tepat jam 6:00 pagi hari, 8 orang tahanan Katolik dihukum mati ditempat pembuangan sampah dekat sebuah pemakaman dil luar kota Shkodra. Para pahlawan iman ini adalah :
Saat ditemukan, jenasah 8 martir ini tampak terbaring dengan saling berpegangan tangan.
Giovanni Fausti, Daniel Dajani, Gjon Shllaku, Mark Cuni, Gjelosh Lulashi dan Qerim Sadiku dibeatifikasi bersama para Martir Albania oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 November 2016 (qq).
Daniel berasal dari nama Ibrani דָּנִיֵּאל (Daniyyel) yang berarti "Allah adalah Hakim saya".
Beato Giovanni Fausti lahir tanggal 19 Oktober 1899 di Brescia Italia. Ia adalah anak sulung dari dua belas puteri-puteri pasangan Antonio Fausti dan Maria Sigolini. Di usia sepuluh tahun ia disekolahkan di sebuah sekolah Jesuit dan menjadi teman sekelas Giovanni Battista Montini yang kelak dikenal sebagai Kardinal Montini dan Paus Paulus VI.
Saat perang Dunia pertama meletus, Giovanni Fausti mendaftarkan diri ikut wajib Militer di tahun 1917. Ia mengikuti pelatihan perwira Angkatan Darat di Modena lalu ditugaskan di Roma sebagai seorang perwira berpangkat Letnan. Setelah perang berakhir, Giovanni melanjutkan studinya di Pontifical Lombard College Roma. Ia lulus dengan nilai sempurna dalam studi teologi dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 9 Juli 1922. Tugas pertamanya sebagai seorang imam adalah menjadi pendidik dan pembimbing para seminaris di Brescia.
Pada tanggal 30 Oktober 1924, Giovanni memutuskan untuk bergabung dengan Serikat Yesus. Lalu di tahun 1929, ia diutus menjadi dosen Filsafat dan Teologi di Seminari Jesuit di Shkodra Albania. Pada tahun 1932 Giovanni kembali ke Italia untuk menjalani perawatan medis. Sakit TBC yang dideritanya membuat ia harus menjalani perawatan khusus di sebuah sanatarium di Swiss dari bulan Agustus 1933 sampai 1936. Menang melawan TBC, Giovanni lalu kembali ke Italia dan melanjutkan studinya.
Ditengah berkecamuk perang dunia ke-2, pater Giovanni kembali ke Albania pada tahun 1942 sebagai seorang profesor Filsafat Teologi dan wakil Provincial Serikat Jesus di Albania. Jabatan baru ini membuat Giovanni harus tinggal di kota Tirana. Pada tahun 1943 tentara NAZI Jerman tiba di Albania. Kedatangan para NAZI diikuti dengan penangkapan dan pembantaian para rohaniwan-rohaniwati katolik yang dianggap sebagai musuh pemerintah NAZI. Dalam sebuah pengrebekkan, pater Giovanni tertembak di bagian kaki dan mengalami patah tulang selangka. Namun ia berhasil meloloskan diri dari kejaran para NAZI. Dimasa yang sulit ini, Giovanni berupaya keras memberi perlindungan bagi umat Albania yang dikejar-kejar para NAZI.
Perang Dunia kedua di Eropa berakhir dengan kekalahan Jerman ditahun 1945. Pemerintahan NAZI Jerman telah runtuh, namun penganiayaan iman Katolik di Albania justru memasuki babak baru. Setelah Jerman pergi, rezim Komunis pro Uni Soviet mengambil alih kekuasaan di Albania. Dibawah cengkeraman kaum Komunis, Gereja-gereja disegel, seminari-seminari ditutup dan biara-biara dibubarkan. Para rohaniwan-rohaniwati ditahan dengan berbagai tuduhan palsu, dijebloskan ke dalam penjara dan di eksekusi mati.
Pater Giovanni tertangkap pada tanggal 31 Desember 1945 dan ditahan selama dua bulan dimana dia kerap mengalami penyiksaan yang mengerikan. Ia dijatuhi hukuman mati pada tanggal 22 Februari 1946 dengan tuduhan : Menjadi mata-mata Vatican dan pengkhianat rakyat Albania.
Pada tanggal 4 Maret 1946, tepat jam 6:00 pagi hari, Giovanni Fausti, SJ ditembak mati bersama 7 orang martir Katolik lainnya. Mereka adalah :
Hukuman mati dilaksanakan ditempat pembuangan sampah di belakang pemakaman Katolik dekat kota Shkodra. Saat ditemukan, jenasah para pahlawan ini tampak terbaring dengan saling berpegangan tangan.
Giovanni Fausti, Daniel Dajani, Gjon Shllaku, Mark Cuni, Gjelosh Lulashi dan Qerim Sadiku dibeatifikasi bersama para Martir Albania oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 November 2016 (qq).
Giovanni = Ejaan Italia dari nama Yohanes
Yohanes Berasal dari nama Yunani Ιωαννης (Ioannes), yang aslinya berasal dari nama Ibrani יוֹחָנָן (Yochanan) yang berarti "YAHWEH Maha pengasih", "Allah Maha Baik"
Nikollë Shllaku lahir di Shkoder Albania pada 27 Juli 1907, putera dari pasangan katolik yang penuh devosi, Loros Shllaku dan Marë Ashtës. Sejak kecil ia disekolahkan disekolah Katolik yang dikelola oleh para biarawan Fransiskan. Tamat dari sekolah menengah, Nikollë memutuskan untuk masuk novisiat Fransiskan pada tanggal 4 Oktober 1922. Ia mengucapkan kaul kekal pada tanggal 13 September 1928 dan menggunakan nama biara Gjon (Yohanes).
Frater Gjon lalu dikirim ke Belanda untuk belajar Filsafat dan Teologi agar bisa ditahbiskan menjadi imam. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 15 Maret 1931, Frater Gjon Shllaku ditahbiskan menjadi seorang imam Fransiskan. Tugas pertama yang diberikan Ordo Fransiskan kepadanya adalah melanjutkan studi. Ia berangkat ke Belgia untuk belajar sejarah sampai meraih gelar doktor di Universitas Louvain, lalu pindah ke Paris dan meraih gelar doktor Filsafat di Universitas Sorbonne Paris, Perancis pada tahun 1937.
Pater Gjon kembali ke Albania dan menjadi seorang pendidik. Ia mengajar filsafat dan bahasa Perancis di sejumlah Sekolah Menengah dan Universitas, serta menjadi pembimbing spiritual bagi murid-muridnya. Ia dikenal sebagai seorang anti fasis yang terbuka, dan terpaksa melarikan diri ke Yugoslavia ketika Benitto Mussolini menyerang Kerajaan Albania.
Pater Gjon Shllaku, OFM kembali ke Albania seusai perang dunia kedua. Ia berkarya mendirikan pusat pelayanan bagi para korban perang dunia kedua dan mendistribusikan bahan pangan dan obat-obatan. Ia juga terus berbicara menentang bahaya Fasisme dan Komunisme.
Saat Rezim Komunis berkuasa di Albania, pater Gjon Shllaku ditangkap pada bulan Desember 1945 saat sedang mengajar. Ia ditahan selama beberapa bulan dalam penjara dan mengalami berbagai penyiksaan yang mengerikan sebelum di bawa ke pengadilan. Pada tanggal 22 Februari 1946 pengadilan Albania menjatuhkan hukuman mati kepada delapan orang Katolik atas tuduhan palsu; menjadi mata-mata Vatican. Mereka adalah :
Delapan Martir ini ditembak mati ditempat pembuangan sampah, di belakang pemakaman Katolik dekat kota Shkodra pada tanggal 4 Maret 1946 tepat jam 6:00 pagi hari. Saat ditemukan, jenasah para pahlawan ini tampak terbaring dengan saling berpegangan tangan.
Enam orang dari 8 martir ini; Gjon Shllaku OFM, Giovanni Fausti SJ, Daniel Dajani SJ, Mark Cuni, Gjelosh Lulashi dan Qerim Sadiku, dibeatifikasi bersama para Martir Albania oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 November 2016. Pestanya dirayakan pada tanggal 4 Maret sesuai hari kemartirannya; dan pada hari pesta bersama Para Martir Albania pada tanggal 5 November.