Hari ini Gereja Katolik memperingati orang-orang kudusnya yang penuh dengan kharisma untuk mewartakan Injil dan menjadi teladan iman.
Santo
Ignatius Peis dari Lakoni, Pengaku Iman
Ignatius lahir di Sardinia pada tahun 1701. Ketika masih muda belia, ia masuk
biara Kapusin sebagai seorang bruder. Cara hidup membiara telah menjadi
cita-cita hidupnya semenjak kecil. Dengan memilih biara Kapusin, ia bermaksud
menjadi seperti Fransiskus Asisi, pewarta Injil yang menghayati imannya dengan
hidup miskin demi sesamanya. Pekerjaan setiap hari ialah menjelajahi seluruh
kota untuk meminta derma bagi kepentingan biaranya. Pekerjaan ini dijalaninya selama
40 tahun. Sambil berkeliling miminta derma, ia mengajar orang-orang yang
ditemuinya tentang Kasih Kristus kepada manusia. Senyum manis yang selalu
menghiasi bibirnya mencerminkan kesejahteraan jiwanya. Perkataannya senantiasa
membawa penghiburan bagi orang-orang yang bersusah serta menggerakkan hati
mereka untuk lebih mencintai Yesus.
Bruder Ignatius yang dikenal sederhana selalu membagikan sedekah kepada
orang-orang yang lebih miskin daripadanya. Ia menjadi rasul dan pewarta Injil
Kristus dengan teladan hidupnya, doa-doa dan laku tapanya. Ia meninggal dunia
pada tanggal 11 Mei 1781. Oleh Sri Paus Pius XII (1939-1958), ia dinyatakan
‘Kudus’ pada tahun 1951.
Santa Bertha, Pengaku Iman
Bertha adalah anak Rigobertus,
seorang Pangeran Kerajaan Nuestria, Prancis pada masa pemerintahan raja Clovis
II. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Dikatakan bahwa sepeninggal
suaminya, Siegfridus, ia mulai menjalani hidup membiara di Blangy, wilayah
Artois, Perancis Utara.di biara ini, ia menjadi Abbas selama bebarapa tahun
sampai saat ajalnya pada tahun 725. Ada banyak cerita tentang santa Bertha
namun semuanya kurang dapat dipercaya kebenarannya. Salah satu dari
cerita-cerita itu ialah bahwa ia dibunuh oleh anak-anak tirinya sendiri.
St. Fransiskus Di Girolamo
Imam Yesuit yang kudus ini lahir pada tahun 1642. Ia
berkarya di sekitar Napoli, Italia sebagai pengkhotbah.
Ia
mentobatkan banyak pendosa besar, rajin mengunjungi penjara dan mencari
orang-orang di tempat pelacuran dan gang-gang gelap untuk dibina menjadi
manusia berguna bagi masyarakat.
Khotbah-khotbahnya
sungguh menarik dan karenanya ia banyak mentobatkan orang-orang berdosa.
Ia pernah
mentobatkan seorang wanita yang membunuh ayahnya dan kemudian melarikan diri ke
luar negeri menjadi tentara.
Fransiskus
meninggal dunia pada tahun 1716.
Ia
dibeatifikasi pada tanggal 2 Mei 1806 oleh Paus Pius VII dan di kanonisasi oleh
Paus Gregorius XVI pada tanggal 26 Mei 1839.
Ia
mengabdikan dirinya dalam melayani Tuhan dengan cara hidup saleh.
Kesalehan
dan sikap hidup yang baik mengantarnya menjadi kudus.
Arti Nama
Fransiskus
berasal dari nama Latin Franciscus yang berarti "Orang Perancis".
Nama ini
diturunkan dari kata "Francus" (yang berarti : "Seorang
Franc", atau "Seorang bebas"). Akar kata ini berasal dari kata
Perancis kuno "Franc" yang berarti "Bebas".
Variasi
Nama
Francis,
Frances (English), François, Francisque (French), Frantziska, Frantzisko, Patxi
(Basque), Franseza (Breton), Francesc, Francesca (Catalan).
Frane,
Franjo, Franka, Franko, Frano, Fran (Croatian), František, Františka (Czech),
Frans (Danish), Franciscus, Frans (Dutch), Frans, Ransu (Finnish).
Franz,
Franziska, Fränze, Franzi, Ziska (German), Ferenc, Franciska, Fanni, Feri,
Ferkó, Franci (Hungarian), Proinsias (Irish), Franca, Francesca, Francesco,
Franco (Italian).
Francisca,
Franciscus (Late Roman), Frens, Frenske (Limburgish), Pranciškus (Lithuanian),
Frans (Norwegian), Franciszek, Franciszka (Polish).
Francisca,
Francisco, Chica, Chico (Portuguese), Frang, Frangag (Scottish), Franjo
(Serbian), Franc, Frančišek, Frančiška, Fran, Francka (Slovene).
Bentuk
Pendek
Frank,
Cissy, Fannie, Fanny, Fran, Frankie, Frannie, Franny, Sissie, Sissy (English) .
Bentuk
Feminim
Frances
(English), Françoise (French).
Santo Ignatius
Peis dari Lakoni, Pengaku Iman
Ignatius lahir di Sardinia pada tahun 1701.
Ia
berjanji, apabila ia sembuh kembali, ia akan menjadi seorang Biarawan
Fransiskan.
Tetapi,
ketika ia sungguh sembuh dari sakitnya, ayahnya meyakinkannya untuk menunda
janjinya itu.
Beberapa
tahun kemudian, Ignasius nyaris tewas ketika ia kehilangan kendali atas
kudanya.
Namun,
sekonyong-konyong, kuda itu berhenti berlari dan berderap dengan tenang.
Ignasius
yakin bahwa Tuhan telah menyelamatkan nyawanya.
Ia
bertekad untuk segera mengikuti panggilan hidup religiusnya.
Ignasius
kemudian masuk biara Kapusin sebagai seorang Brouder dan mengucapkan kaulnya
pada tahun 1722.
Broeder
Ignasius tidak pernah menduduki jabatan penting dalam Ordo Fransiskan.
Selama
lima belas tahun ia bekerja di bangsal anyaman.
Kemudian,
selama empat puluh tahun lamanya, ia termasuk dalam kelompok biarawan yang
pergi meminta sedekah dari satu rumah ke rumah lainnya.
Mereka
menerima makanan dan derma demi kepentingan biara.
Ignasius
mengunjungi keluarga-keluarga serta menerima derma mereka.
Orang
banyak segera menyadari bahwa mereka menerima berkah berlimpah setiap kali
memberi derma pada biarawan yang rendah hati ini.
Broeder
Ignasius menghibur mereka yang sakit dan menggembirakan hati mereka yang
kesepian.
Ia
mendamaikan orang-orang yang bermusuhan, mempertobatkan mereka yang keras hati
karena dosa, dan juga memberikan nasehat bagi mereka yang ditimpa masalah.
Orang
banyak mulai menanti-nantikan kunjungannya.
Namun
demikian, Broeder Ignasius sering juga mengalami saat-saat sulit.
Kadang-kadang
pintu dibanting di mukanya, juga seringkali cuaca buruk menghambat langkahnya.
Selalu,
bermil-mil jauhnya jarak yang harus ditempuhnya dengan berjalan khaki.
Tetapi,
Igansius seorang yang penuh pengabdian.
Orang
mulai memperhatikan bahwa Ignasius biasa melewatkan suatu rumah tertentu.
Pemilik
rumah itu adalah seorang lintah darat yang kaya.
Ia
mengumpulkan hartanya dengan memaksa orang-orang miskin membayar hutangnya jauh
melebihi kemampuan mereka.
Lintah
darat ini merasa terhina karena Ignasius tidak pernah mengunjungi rumahnya
untuk meminta sedekah.
Ia
melaporkan Broeder Ignatius kepada pemimpin biara.
Bapa
Prior, yang tidak mengetahui masalah ini, mengutus Ignasius ke rumahnya.
Ignasius
tidak mengatakan sesuatu pun; ia melakukan seperti yang diperintahkan kepadanya
dan kembali dengan satu karung besar makanan.
Pada saat
itulah Tuhan mengadakan mukjizat.
Ketika
karung itu dibongkar, darah mulai menetes.
“Inilah
darah kaum miskin,” kata Ignatius perlahan, “Oleh sebab itulah saya tidak pernah
meminta sedekah dari rumah itu.”
Kemudian,
para rahib pun mulai berdoa demi bertobatnya sang lintah darat.
Broeder
Ignatius wafat dalam usia delapan puluh tahun pada tanggal 11 Mei 1781.
Ia
dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1951.
Ia mengabdikan
dirinya dalam melayani Tuhan dengan cara hidup saleh.
Kesalehan
dan sikap hidup yang baik mengantarnya menjadi kudus.