Hari ini kita memperingati beberapa orang kudus atau santo yang memiliki teladan iman menjadi martir karena membela iman akan Kristus dengan keteguhan hati dan pantang menyerah meski sudah dimbang kematian, mengalami penderitaan karena penyiksaan serta dibunuh dengan sangat sadis.
Eulogius hidup pada abad kesembilan. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang terpandang dan ia mendapatkan pendidikan yang baik. Sementara ia belajar dari bahan-bahan pelajarannya, ia belajar juga dari teladan baik para gurunya. Eulogius suka sekali membaca dan mendalami Kitab Suci. Hal ini membantunya mencintai Sabda Tuhan. Ia rindu mewartakan Sabda Tuhan kepada semua orang. Ketika dewasa, ia menjadi seorang imam dan pemimpin suatu sekolah yang terkenal.
Sayang sekali; kaum Muslim kemudian menyerbu dan menaklukkan Spanyol. Para penguasa baru ini sangat membenci kekristenan. Pertama-tama mereka berusaha membuat orang-orang kristen untuk murtad dan meninggalkan iman mereka. Jika menolak maka mereka akan dijebloskan ke dalam penjara atau dibunuh.
Eulogius dan uskupnya dijebloskan ke dalam penjara bersama banyak umat Kristiani lainnya. Di penjara, Eulogius membaca Kitab Suci keras-keras demi menyemangati para tawanan lainnya. Sementara mendengarkan dengan seksama, rasa gentar mereka pun lenyap. Mereka tak lagi takut untuk mati bagi Yesus. Dalam masa itulah, St Eulogius menulis sebuah buku yang mendorong umat Kristiani untuk lebih memilih mati daripada mengingkari iman mereka yang kudus.
Eulogius sendiri rindu menjadi seorang martir. Tetapi, ia kemudian dilepaskan dari penjara. Begitu dibebaskan, St Eulogius mulai berkhotbah dan mempertobatkan banyak orang yang hendak murtad. Hal ini membuat para bekas penawannya menjadi begitu murka hingga mereka menangkapnya kembali. Di hadapan pengadilan pemerintah penjajah muslim, St.Eulogius dengan gagah berani memaklumkan bahwa Yesus adalah Tuhan. Eulogius kemudian dijatuhi hukuman mati dan ia mempersembahkan hidupnya bagi Yesus pada tahun 859.
Santo Sophronius berasal dari kota Damsyik (sekarang Damaskus – Suriah). Awalnya ia adalah seorang guru dan ahli retorika. Kerinduannya untuk menjadi seorang pelayan Tuhan membuat Sophronius meninggalkan Damsyik dan mulai mengembara ke pertapaan-pertapaan dan biara-biara di sekitar Asia kecil. Ia berkelana sampai ke tanah Mesir, dimana ia tinggal selama beberapa tahun dan dibimbing oleh Patriark Alexandria, Santo Yohanes Penderma. Disekitar tahun 580, Sophronius pindah ke Yerusalem dan masuk biara santo Theodosius didekat kota Bethlehem.
Ketika muncul ajaran sesat Monotelitisme, Sophronius dengan gigih melawan ajaran sesat yang menyatakan bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat Ilahi, dan menolak kodrat manusia-NYA. Ia menulis banyak buku demi membendung pengaruh ajaran ini. Buku-bukunya kini telah hilang. Pada tahun 633 Sophronius berangkat ke ibukota Kekaisaran Romawi Timur Konstantinopel demi memperingatkan para pemimpin Gereja agar tidak terpengaruh oleh monotelitisme yang ternyata mendapat dukungan dari kaisar Heraklius (Kaisar Byzantium 610 – 641).
Meskipun misinya ke Konstantinopel tidak membuahkan hasil, namun Sophronius terpilih menjadi Patriark Yerusalem pada tahun 634. Segera setelah penobatannya, Sophronius menuliskan sebuah surat kepada Paus Honorius I dan para patriark gereja diwilayah Timur. Dalam suratnya ia menegaskan pandangannya akan dua kodrat Yesus, kodrat manusia dan kodrat ilahi. Ia kembali menyatakan penolakkannya terhadap ajaran Monotelitisme, yang menurutnya adalah wujud lain dari ajaran sesat Monofisit. Surat ini sekarang telah hilang; begitu juga dengan florilegium (Anthologi) dari sekitar 600 teks yang dikumpulkan Sophronius dari para Patriark Timur yang mendukungnya. Dokumen ini juga hilang. (Perjuangan Sophronius baru membuahkan hasil pada tahun 680, kurang lebih 40 tahun setelah kematiannya, saat diselenggarakannya konsili Konstantinopel III. Hasil konsili ini menolak ajaran Monotelitisme dan menyatakannya sebagai ajaran sesat.)
Ketika Yerusalem ditaklukkan oleh Khalif Umar bin Khatab (637), Patriark Sophronius menemani Umar saat ia mengunjungi tempat-tempat suci di Yerusalem. Ia berhasil menyakinkan Umar untuk tidak menghancurkan situs-situs suci umat Kristen khususnya Gereja Makam Suci, dan dapat berlaku murah hati terhadap umat kristen.
Santo Sophronius tutup usia di sekitar tahun 638 atau tahun 639.
Pal Prennushi lahir di Shkoder Albania pada tanggal 2 Oktober 1881. Ia menjalani pendidikan di sekolah misi yang dikelola oleh para biarawan Fransiskan di kotanya. Pola hidup kudus yang dipraktekkan para biarawan pendidiknya memberi kesan yang mendalam bagi remaja ini. Setelah tamat sekolah menengah, Prennushi mengikuti jejak mereka menjadi seorang Fransiskan. Nama biaranya : Bruder Mattia (Matias).
Untuk dapat menjadi seorang imam, Bruder Mattia dikirim ke Austria untuk belajar Teologi di Fakultas Teologi Katolik Universitas Graz Austria. Pendidikannya selesai pada tahun 1904 dan ia pun ditahbiskan menjadi imam. Ditahun itu juga imam muda ini kembali ke Albania.
Di tanah kelahirannya, pater Mattia Prennushi berkarya melayani umat di wilayah pegunungan sebelah utara Albania. Umat segera jatuh hati pada gembala iman yang sederhana, rendah hati dan penuh semangat. Diwilayah terpencil ini Pater Prennushi akan selalu dikenang atas upayanya memberantas budaya Gjakmarrja (Tradisi balas dendam berdarah antar keluarga di Albania Utara, mirip Tradisi Vendetta di Italia).
Menjelang Perang Balkan I, pada tahun 1911, pater Prennushi ditangkap oleh Tentara Serbia. Ia dijatuhi hukuman mati karena turut aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Albania. Prennushi baru berhasil dibebaskan setelah upaya negosiasi dari Pater Gjergj Fishta, seorang Fransiskan berkebangsaan Albania yang disegani pihak Serbia.
Setelah perang Balkan berakhir, Pal Prennushi berkarya sebagai pelayan umat di distrik Malësi e Madhe.
Pada tahun 1928 penduduk Malësi e Madhe bangkit melawan Ahmet Zogu, Perdana Menteri Albania yang memproklamirkan berdirinya Kerajaan Albania dan menyatakan dirinya sebagai Raja Albania dengan nama Zog I. Dimasa ini pater Pal Prennushi pernah ditangkap tentara kerajaan karena dituduh menghasut pemberontakan. Ia berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan.
Pada bulan September 1946, Pater Prennushi, yang saat itu menjabat sebagai Provincial Ordo Fransiskan di Albania, ditangkap pemerintah Komunis Albania atas tuduhan menjadi mata-mata. Ia dijebloskan dalam penjara dan selama berbulan-bulan harus menjalani berbagai penyiksaan yang mengerikan. Ia ditahan selama hampir dua tahun karena para komunis berharap dapat membuat Provincial Fransiskan ini bekerja-sama dan menjadi kaki-tangan mereka. Namun setelah berbagai metode penyiksaan yang diterapkan pada biarawan fransiskan ini tidak kunjung menggoyahkan kegigihannya, mereka lalu memutuskan untuk melenyapkannya.
Ia dieksekusi dengan ditembak mati pada tanggal 11 Maret 1948. Turut dieksekusi bersamanya; Uskup Mirdita: Beato Frano Gijini, Beato Siprianus Nika, empat belas imam lain yang tidak diketahui namanya, dan beberapa umat awam.
Pal Mattia Prennushi di beatifikasi bersama 38 Martir Albania oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 November 2016. Ia diperingati dalam kalender Liturgi pada setiap tanggal 11 Maret dan pada Hari Pesta bersama Para Martir Albania setiap tanggal 5 November.
Beato Gjon Koda lahir pada tanggal 25 April 1893 di Janjevë, Lypjan, Serbia. Ia masuk biara Fransiskan dan semenjak itu ia menggunakan nama biara : Serafim. Setelah menamatkan studi Teologi, Serafim ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1925 dan merayakan misa pertamanya pada tanggal 30 Juli 1925.
Beberapa tahun kemudian Serafim Koda diutus menjadi missionaris ke Albania Utara. Ia ditugaskan untuk meneruskan karya missionaris Ordo Fransiskan di wilayah tersebut yang telah dirintis sejak abad ketiga belas. Wilayah misi ini sangat sulit dijangkau. Teletak di dataran tinggi dengan desa-desa terpencil yang terkurung diantara pegunungan yang sulit dijangkau. Pater Serafim harus bekerja sangat keras selama puluhan tahun di wilayah terpencil ini. Disini ia bertugas pastor paroki di Lezhë, katekis, guru sekolah, dan provincial ordo Fransiskan.
Pater Serafim Koda ditangkap tentara Komunis pada tahun 1947 dengan tuduhan palsu : Mengadakan pertemuan untuk merancang plot kudeta terhadap pemerintah. Ia dijanjikan kebebasan bila mau menandatangani surat pernyataan bahwa para Fransiskan dan Jesuit di Albania telah merancang plot kudeta melawan pemerintah. Walau dibujuk, diancam, dan disiksa dengan berbagai metode penyiksaan, Pater Koda tetap menolak menandatangani surat tersebut. Ia tahu surat tersebut akan digunakan sebagai bukti palsu untuk menghukum mati para klerus, dan menghancurkan kehidupan gereja Albania.
Setelah dua minggu menyiksa pater Serafim Koda tanpa membuahkan hasil, para komunis memutuskan untuk melenyapkan imam Fransiskan ini. Ia dibunuh pada 11 mei 1947 setelah terlebih dahulu disiksa dengan mengerikan dan tenggorokannya dipaku dengan paku-paku besar. Jenasahnya dikuburkan secara rahasia disebuah taman, namun ditemukan kembali pada tanggal 16 September 1994.
Beato Serafim (Gjon) Koda dibeatifikasi bersama 38 Martir Albania pada tanggal 5 November 2016 oleh Paus Fransiskus. Pestanya dirayakan pada tanggal 11 Mei sesuai hari kemartirannya; dan pada hari pesta bersama Para Martir Albania pada tanggal 5 November.
Sumber : KGjon : Ejaan Albania untuk nama ==> Yohanes
Serafim : berasal dari nama Latin : Seraphinus (Malaikat)