Dalam gereja biara, sering kali dia didapatkan sedang telungkup di depan tabernakel atau sedang berlutut dengan kedua lengannya terentang, atau sedang berada dalam ekstase. Pada saat-saat semacam itu, jiwanya dilimpahi dengan cahaya dari atas.
PASKALIS
BAYLON, Orang Kudus ini lahir di
Torrehermosa, Spanyol, pada tanggal 24 Mei 1540, pada Pesta hari
Pentakosta. Di Spanyol, hari Pentakosta disebut sebagai hari
“Paskah dari Roh Kudus”, karena itu ia kemudian diberi nama Paskalis.
Orang
tuanya hanyalah petani miskin. Karena itu mereka tidak mampu untuk membiayai
paskalis bersekolah. Namun Paskalis tidak menyerah pada keadaan.
Karena desakan kedudukan orang tuanya yang rendah,
Paskalis, semenjak masa kanak-kanak, sudah harus menggembalakan ternak
orang-orang lain. Kendati, karena kerjanya itu, dia tidak bisa ikut dalam
kehidupan hiruk pikuk anak-anak lain, dia disukai oleh mereka juga. Mereka pun
menghargai Paskalis dan terbuka menerima teguran-teguran dari dia dan mau
mendengarkan pelajaran-pelajaran agama Kristiani yang kadang-kadang dia
berikan.
Majikanya sedemikian senang pada
Paskalis, yang sementara itu sudah berkembang menjadi seorang pemuda yang kuat,
sehingga pada suatu hari mengungkapkan kepadanya niatnya untuk mengadopsinya
dan menjadikan dia ahli warisnya. Tetapi orang muda itu dengan penuh
terimakasih menjawab bahwa dia ingin tetap miskin dan berniat untuk
mempersembahkan dirinya bagi pelayanan Tuhan dalam hidup religius.
Walau
sejak kecil ia sudah harus bekerja keras sebagai seorang gembala, namun ia
memiliki cara sendiri untuk belajar membaca dan menulis. Ia selalu membawa
buku, lalu ia akan bertanya pada siapa saja yang dijumpainya untuk mengajarinya
abjad dan membaca. Tujuannya untuk belajar membaca dan menulis hanya satu,
yaitu agar ia dapat membaca buku-buku rohani.
Di sekitar tahun 1564, Paskalis
memutuskan untuk masuk biara Ordo Fransiskan sebagai seorang Broeder. Dia
memilih untuk tinggal di biara miskin karena, katanya, “Saya lahir miskin dan
saya memutuskan untuk meninggal dalam kemiskinan dan silih.” Dia hidup dalam
kemiskinan dan doa, bahkan berdoa sambil bekerja, selama sisa hidupnya.
Paskalis adalah seorang mistikus
dan kontemplatif. Ia melakukan mati raga, bahkan lebih keras dari yang
ditetapkan dalam peraturan biara. Setiap malam dia selalu tenggelam dalam
doanya malamnya didepan altar. Ia dikenal memiliki devosi yang mendalam
pada Sakramen Maha Kudus dan Bunda Maria. Ia selalu mendaraskan doa
Rosario dengan cinta yang amat besar. Ia juga diketahui menuliskan
doa-doa yang indah kepada Bunda Maria.
St. Paskalis membuat sebuah buku
kecil dari kertas-kertas buram. Dalam buku catatannya, ia menuliskan pemikiran-pemikirannya
dan doa-doanya yang indah. Setelah ia wafat, pemimpin biaranya menunjukkan buku
catatan Paskalis pada uskup agung setempat. Bapa Uskup membacanya dan berkata,
“Jiwa-jiwa bersahaja ini telah mencuri surga dari kita!”
Kemudian, Paskalis pindah ke provinsi lain, dan pada umur 24 tahun mengajukan permohonan untuk menjadi seorang bruder di biara Saudara-saudara Dina di Monteforte. Permohonannya dikabulkan dan Paskalis nampak dapat menjalani alur kesempurnaan dengan mudah dan cepat. Dia sedemikian rendah hati, sehingga dia memandang dirinya sebagai yang terakhir dari semua saudara. Pada waktu yang sama, dia juga sedemikian penuh belas kasih dan dengan gembira menjalankan tugas-tugasnya yang sangat berat demi kepentingan saudara-saudara yang lain.
Terhadap tubuhnya, dia sangat keras, sampai-sampai
dia tidak memberikan dirinya beristirahat, bahkan sewaktu sedang malaksanakan
tugas-tugasnya yang paling berat.
Di sepanjang jalan, sewaktu dia
mengumpulkan derma, tangannya selalu memegang rosarionya dan menghayati Tuhan
berada dalam hatinya. Paskalis menjalankan devosi khusus kepada Santa Perawan
Maria, yang dipanggilnya sebagai Ibunya sendiri, dan devosi kepada Sakramen
Mahakudus. Hal itu terbukti menjadi sarana yang terus-menerus menyalakan
semangatnya.
Tuhan memperlihatkan betapa Dia berkenan pada devosi Paskalis. Pada suatu hari ketika berada di luar biara, Paskalis dengan khusuk berlutut ketika dia mendengar bunyi bel tanda konsekrasi. Pada saat itulah Sakramen Mahakudus diperlihatkan kepadanya dalam sebuah monstran yang diangkat oleh malaikat-malaikat yang berterbangan di udara.
Dalam gereja biara, sering kali dia didapatkan sedang telungkup di depan tabernakel atau sedang berlutut dengan kedua lengannya terentang, atau sedang berada dalam ekstase. Pada saat-saat semacam itu, jiwanya dilimpahi dengan cahaya dari atas.
Bagaimana pun juga, saudara yang sederhana ini, yang tidak
pernah belajar membaca dan menulis, dapat berdiskusi perihal misteri-misteri
agama yang paling mendalam dengan pandangan yang menakjubkan sampai
mengherankan orang-orang yang paling terpelajar.
Karena memiliki pencerahan surgawi itu, Pater Provinsial pernah mengirimnya dari Spanyiol, dengan membawa suatu hal yang sangat penting, ke Pater General OFM, yang pada waktu itu berada di Perancis. Paskalis melewati suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan, menyeberangi pegunungan Pirenea, dengan berjalan dengan kaki telanjang, melalui daerah-daerah yang penghuninya menganut aliran sesat yang fanatik, yang berkali-kali membahayakan kehidupan saudara-saudara religius. Tetapi para malaikat Tuhan melindungi Paskalis sepanjang perjalanannya ke Perancis itu dan kembali, sehingga dia selamat dari bahaya.
Sesudah dia kembali, Paskalis tetap rendah hati seperti sebelumnya, dan berkembang di semua keutamaan sampai hari kematiannya. Dia meninggal dunia di Villareal, pada pesta Pentekosta, hari kelahirannya, 17 Mei 1592. Meninggalnya terjadi pada waktu perayaan Misa meriah di gereja biara, pada saat Hosti Kudus diangkat. Pada saat itulah Paskalis menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pada waktu pemakamannya,
sebagaimana biasa, jenazah Saudara Dina awam dibaringkan pada keranda di dalam
gereja. Ketika Sakramen Mahakudus diangkat pada waktu Misa Requiem, tubuh yang
sudah meninggal itu terangkat dengan sendirinya, membungkuk hormat kepada Hosti
Kudus; sikap hormat itu terulang lagi pada waktu Piala diangkat; dan kemudian
jenazah itu turun dengan sendirinya. Banyak mukjizat terjadi pula pada
pemakamannya.
Sri Paus Paulus V memberinya
gelar beato dan Alexander VIII memberikannya kanonisasi pada tahun 1690. Sri
Paus Leo XIII pada 1897 mengangkatnya menjadi pelindung semua perkumpulan dan
kongres Ekaristi.***