Santo Paskalis Baylon, Orang Kudus Katolik Tanggal 17 Mei

Dalam gereja biara, sering kali dia didapatkan sedang telungkup di depan tabernakel atau sedang berlutut dengan kedua lengannya terentang, atau sedang berada dalam ekstase. Pada saat-saat semacam itu, jiwanya dilimpahi dengan cahaya dari atas.

santo Paskalis Baylon

PASKALIS BAYLON, Orang Kudus ini lahir di Torrehermosa, Spanyol,  pada tanggal 24 Mei 1540, pada Pesta hari Pentakosta. Di Spanyol, hari Pentakosta  disebut sebagai  hari “Paskah dari Roh Kudus”,  karena itu ia kemudian diberi nama Paskalis.

Orang tuanya hanyalah petani miskin. Karena itu mereka tidak mampu untuk membiayai paskalis bersekolah.  Namun Paskalis tidak menyerah pada keadaan.

Karena desakan kedudukan orang tuanya yang rendah, Paskalis, semenjak masa kanak-kanak, sudah harus menggembalakan ternak orang-orang lain. Kendati, karena kerjanya itu, dia tidak bisa ikut dalam kehidupan hiruk pikuk anak-anak lain, dia disukai oleh mereka juga. Mereka pun menghargai Paskalis dan terbuka menerima teguran-teguran dari dia dan mau mendengarkan pelajaran-pelajaran agama Kristiani yang kadang-kadang dia berikan.

Majikanya sedemikian senang pada Paskalis, yang sementara itu sudah berkembang menjadi seorang pemuda yang kuat, sehingga pada suatu hari mengungkapkan kepadanya niatnya untuk mengadopsinya dan menjadikan dia ahli warisnya. Tetapi orang muda itu dengan penuh terimakasih menjawab bahwa dia ingin tetap miskin dan berniat untuk mempersembahkan dirinya bagi pelayanan Tuhan dalam hidup religius.

Walau sejak kecil ia sudah harus bekerja keras sebagai seorang gembala, namun ia memiliki cara sendiri untuk belajar membaca dan menulis. Ia selalu membawa buku, lalu ia akan bertanya pada siapa saja yang dijumpainya untuk mengajarinya abjad dan membaca. Tujuannya untuk belajar membaca dan menulis hanya satu, yaitu  agar ia dapat membaca buku-buku rohani.

Di sekitar tahun 1564, Paskalis memutuskan untuk masuk biara Ordo Fransiskan sebagai  seorang Broeder. Dia memilih untuk tinggal di biara miskin karena, katanya, “Saya lahir miskin dan saya memutuskan untuk meninggal dalam kemiskinan dan silih.” Dia hidup dalam kemiskinan dan doa, bahkan berdoa sambil bekerja, selama sisa hidupnya.

Paskalis adalah seorang mistikus dan kontemplatif. Ia melakukan mati raga, bahkan lebih keras dari yang ditetapkan dalam peraturan biara. Setiap malam dia selalu tenggelam dalam doanya malamnya didepan altar.  Ia dikenal memiliki devosi yang mendalam pada Sakramen Maha Kudus  dan Bunda Maria. Ia selalu mendaraskan doa Rosario dengan cinta yang amat besar.  Ia juga diketahui menuliskan doa-doa yang indah kepada Bunda Maria.

St. Paskalis membuat sebuah buku kecil dari kertas-kertas buram. Dalam buku catatannya, ia menuliskan pemikiran-pemikirannya dan doa-doanya yang indah. Setelah ia wafat, pemimpin biaranya menunjukkan buku catatan Paskalis pada uskup agung setempat. Bapa Uskup membacanya dan berkata, “Jiwa-jiwa bersahaja ini telah mencuri surga dari kita!”

Kemudian, Paskalis pindah ke provinsi lain, dan pada umur 24 tahun mengajukan permohonan untuk menjadi seorang bruder di biara Saudara-saudara Dina di Monteforte. Permohonannya dikabulkan dan Paskalis nampak dapat menjalani alur kesempurnaan dengan mudah dan cepat. Dia sedemikian rendah hati, sehingga dia memandang dirinya sebagai yang terakhir dari semua saudara. Pada waktu yang sama, dia juga sedemikian penuh belas kasih dan dengan gembira menjalankan tugas-tugasnya yang sangat berat demi kepentingan saudara-saudara yang lain.

Terhadap tubuhnya, dia sangat keras, sampai-sampai dia tidak memberikan dirinya beristirahat, bahkan sewaktu sedang malaksanakan tugas-tugasnya yang paling berat.

Di sepanjang jalan, sewaktu dia mengumpulkan derma, tangannya selalu memegang rosarionya dan menghayati Tuhan berada dalam hatinya. Paskalis menjalankan devosi khusus kepada Santa Perawan Maria, yang dipanggilnya sebagai Ibunya sendiri, dan devosi kepada Sakramen Mahakudus. Hal itu terbukti menjadi sarana yang terus-menerus menyalakan semangatnya.

Tuhan memperlihatkan betapa Dia berkenan pada devosi Paskalis. Pada suatu hari ketika berada di luar biara, Paskalis dengan khusuk berlutut ketika dia mendengar bunyi bel tanda konsekrasi. Pada saat itulah Sakramen Mahakudus diperlihatkan kepadanya dalam sebuah monstran yang diangkat oleh malaikat-malaikat yang berterbangan di udara.

Dalam gereja biara, sering kali dia didapatkan sedang telungkup di depan tabernakel atau sedang berlutut dengan kedua lengannya terentang, atau sedang berada dalam ekstase. Pada saat-saat semacam itu, jiwanya dilimpahi dengan cahaya dari atas.

Bagaimana pun juga, saudara yang sederhana ini, yang tidak pernah belajar membaca dan menulis, dapat berdiskusi perihal misteri-misteri agama yang paling mendalam dengan pandangan yang menakjubkan sampai mengherankan orang-orang yang paling terpelajar.

Karena memiliki pencerahan surgawi itu, Pater Provinsial pernah mengirimnya dari Spanyiol, dengan membawa suatu hal yang sangat penting, ke Pater General OFM, yang pada waktu itu berada di Perancis. Paskalis melewati suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan, menyeberangi pegunungan Pirenea, dengan berjalan dengan kaki telanjang, melalui daerah-daerah yang penghuninya menganut aliran sesat yang fanatik, yang berkali-kali membahayakan kehidupan saudara-saudara religius. Tetapi para malaikat Tuhan melindungi Paskalis sepanjang perjalanannya ke Perancis itu dan kembali, sehingga dia selamat dari bahaya.

Sesudah dia kembali, Paskalis tetap rendah hati seperti sebelumnya, dan berkembang di semua keutamaan sampai hari kematiannya. Dia meninggal dunia di Villareal, pada pesta Pentekosta, hari kelahirannya, 17 Mei 1592. Meninggalnya terjadi pada waktu perayaan Misa meriah di gereja biara, pada saat Hosti Kudus diangkat. Pada saat itulah Paskalis menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Pada waktu pemakamannya, sebagaimana biasa, jenazah Saudara Dina awam dibaringkan pada keranda di dalam gereja. Ketika Sakramen Mahakudus diangkat pada waktu Misa Requiem, tubuh yang sudah meninggal itu terangkat dengan sendirinya, membungkuk hormat kepada Hosti Kudus; sikap hormat itu terulang lagi pada waktu Piala diangkat; dan kemudian jenazah itu turun dengan sendirinya. Banyak mukjizat terjadi pula pada pemakamannya.

Sri Paus Paulus V memberinya gelar beato dan Alexander VIII memberikannya kanonisasi pada tahun 1690. Sri Paus Leo XIII pada 1897 mengangkatnya menjadi pelindung semua perkumpulan dan kongres Ekaristi.***

 

 

 

Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT