St. Ignasius Loyola merupakan pendiri Serikat Jesus yang kehidupannya dipenuhi praktek-praktek hidup rohani setelah mengikuti perang. Hari ini Gereja memperingati pestanya bersama tiga orang kudus lainnya yang masing-masing memiliki keutamaan dalam pewartaan Injil dan kesaksian iman.
Ignacio López de Loyola atau yang kita kenal sebagai St.Ignasius de Loyola adalah pendiri dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan di Kastil keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang kesatria yang hebat. Ignasius kemudian masuk militer dan menjadi seorang perwira.
Pada penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena peluru meriam dan terluka parah. Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola.
Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.
Setelah sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara dimana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.”
Ignasius lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah Dasar si Barcelona sampai kemudian meraih Gelar sarjana di Universitas Paris.
Sejak masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya. Di masa itu (bahkan sampai sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu namun kemudian dilepaskan. Kejadian itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.
Di Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Yesus dan mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci Kapan saja dan dimana saja.
Selama 15 tahun sejak persetujuan paus itu Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma. Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua baru Amerika. Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.
Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”
St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.
Ignatius berasal dari nama keluarga Romawi yang artinya tidak diketahui. Namun sering dihubungkan dengan kata Latin : IGNIS yang berarti "api".
Egnatius (Ancient Roman), Iñaki (Basque), Ignasi (Catalan), Ignác (Czech), Ignaas (Dutch), Ignace (French), Ignatz (German), Ignác (Hungarian), Ignazio (Italian), Ignas (Lithuanian), Ignacy (Polish), Inácio (Portuguese), Ignac, Ignacij, Nace (Slovene), Ignacio, Nacho, Nacio (Spanish)
Germanus lahir pada tahun 378. Dia adalah anak dari bangsawan Rusticus dan Germanilla, yang adalah keturunan dari keluarga bangsawan tinggi Romawi di Gaul pada abad keempat (Gaul atau Gallia adalah kawasan Eropa bagian Barat yang saat ini adalah negara Italia bagian utara, Perancis, Belgia, Swiss bagian barat, serta bagian wilayah Belanda dan Jerman di barat Sungai Rhein).
Ia menerima pendidikan yang terbaik di sekolah-sekolah khusus bagi kaum bangsawan di Arles dan Lyons, lalu melanjutkan pendidikannya ke Roma, di mana ia belajar tentang hukum perdata. Setelah tamat, ia bekerja pada pengadilan kota. Latar belakangnya yang berasal dari keluarga bangsawan tinggi dan bakat serta kecerdasannya yang luar biasa, membuat Germanus menjadi seorang yang populer di Roma dan diterima dalam lingkungan para pejabat tinggi pemerintahan. Ia menikah dengan seorang wanita yang sangat terhormat di kalangan kekaisaran bernama Eustachia.
Karier duniawi sepertinya membentang cerah dihadapan Germanus ketika Kaisar mengirimkannya kembali ke Gaul sebagai seorang wali negeri. Ia dipercayakan untuk memimpin provinsi itu dan memerintah dari kota Auxerre. Namun Tuhan rupanya memiliki rencana lain bagi Germanus.
Ketika Uskup Auxerre, yang mulia Amator, meninggal dunia, Germanus secara tidak diduga terpilih untuk mengggantikannya. Meskipun pada awalnya ia sangat berkeberatan, namun ia tidak kuasa menolak saat umat berbondong-bondong datang dan memohon agar ia mau menjadi uskup mereka. Ia akhirnya bersedia ditahbiskan sebagai uskup Auxerre pada tanggal 7 Juli 418. Sebagi uskup, Germanus kemudian meninggalkan istrinya. Segala harta miliknya dijual dan digunakannya untuk membangun gereja dan biara.
Di Sekitar tahun 429, tak lama setelah orang-orang Romawi ditarik keluar dari Britania (Inggris), Uskup Germanus dan Uskup Troyes, Lupus, ditugaskan Tahta Suci untuk mengunjungi pulau tersebut. Telah terdengar khabar bahwa bidaah Pelagianisme telah berkembang luas dan telah merasuk ke kalangan para klerus di Inggris. Bahkan pemimpin bidaah ini adalah putra seorang uskup Inggris bernama Agricola. Uskup Germanus dan Uskup Lupus diutus untuk memerangi pelagianisme dan memastikan agar gereja Inggris tidak terjerumus kedalam ajaran sesat tersebut.
Dalam perjalanan ke Inggris mereka melewati kota Nanterre, di mana Germanus dalam kerumunan orang melihat seorang gadis kecil yang berhati kudus bagaikan malaikat. Ditengah kerumunan orang ia memberkati gadis muda tersebut. Gadis belia ini kelak akan mengerjakan banyak perbuatan ajaib dalam nama Tuhan Yesus dan dikenal sebagai Santa Geneviève dari Paris.
Tiba di Inggris, Uskup Germanus dan Lupus dihadapkan dengan para klerus Inggris yang telah menjadi pengikut Pelagianisme dalam sebuah debat terbuka dihadapan publik. Kaum Pelagian digambarkan Germanus sebagai : “mencolok untuk kekayaan, cemerlang dalam berpakaian dan dikelilingi oleh banyak penjilat”. Dua utusan paus ini pun berdebat dengan mereka. Meskipun pada awalnya tidak didukungan oleh kerumunan umat, namun dalam terang Roh Kudus, uskup Germanus mampu mematahkan semua dalil Pelagian dengan menggunakan kecerdasannya dan keterampilan retorikanya yang luar biasanya. Kunjungannya berhasil dengan gemilang dan membawa kembali umat Inggris pada ajaran iman yang benar.
Saat pasukan Pictish dan gerombolan bajak laut Saxon datang menyerang, umat Inggris yang ketakutan memohon perlindungan kepada uskup Germanus. Germanus lalu memimpin mereka ke dalam lembah antara dua gunung tinggi, dan memerintahkan pasukannya untuk berteriak ketika ia memberi tanda. Ketika pasukan bajak laut Saxon mendekati mereka, Germanus berteriak tiga kali : Halleluya.!!, yang diikuti oleh seluruh umat. Suara mereka bergema dari bukit ke bukit dengan begitu keras sehingga pasukan musuh merasa bahwa mereka tengah dikepung oleh ribuan orang tentara. Mereka lalu melemparkan senjata mereka dan melarikan diri.
Germanus mungkin pernah berkunjungan untuk kedua kalinya ke Inggris sekitar tahun 430-an atau sekitar 440-an, namun sebagian ahli meragukan adanya kunjungan kedua ini. Juga hubungan antara santo Germanus dengan santo Patrick, yang menurut tradisi digambarkan sebagai muridnya, juga masih diperdebatkan kebenarannya.
Ketika kembali ke keuskupannya di Gaul, Santo Germanus mendapat khabar bahwa ada sebagian umatnya dari Armorica Brittany akan dihukum mati karena dituduh memberontak melawan kaisar. Germanus berjuang keras membela mereka dan ia berhasil memperoleh penundaan pelaksanaan hukuman mati sampai ia dapat mengajukan banding dihadapan kaisar. Ia berangkat ke Ravenna, Italia dan bertemu dengan Santo Petrus Krisologus yang menghantarnya membawa kasus ini ke hadapan kaisar melalui ibu suri Galla Placidia. Kaisar Valentinian III tidak kuasa menolak petisi dari uskup saleh ini yang datang menghadap bersama seorang kudus lainnya, Santo Petrus Krisologus, dan ibunya. Germanus berhasil memperoleh pengampunan dari kaisar dan mereka yang terancam hukuman mati dibebaskan.
Setelah bandingnya diterima kaisar, Uskup Germanus masih tinggal beberapa saat di Ravenna; namun ia meninggal disana secara tiba-tiba.
Germanus = Saudara (Latin)
Kerman (Basque), German, Jermaine (English), Germain (French), Germano (Italian), Germano (Portuguese), Germán (Spanish)
Bentuk Feminim :
Germana (Latin), Germain (French)
Santo Yustinus de Yakobis (Giustino de Jacobis) lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Ia adalah anak ketujuh dari empatbelas orang bersaudara. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi (Vincentian) . Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan sungguh-sungguh. Menurut kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang; rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja.
Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia bekerja diantara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun, ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Abuna Salama, seorang pemuka Gereja Orthodox Ethiopia (Gereja ini adalah bagian dari Gereja Ortodhox Oriental dan tidak berada dalam persekutuan dengan Gereja Katholik Roma) melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolose-kolose Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massawa diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup (tirtular bishop) di Massawa. Walau bekerja dengan diam-diam namun Yakobis mampu mentahbiskan 20 orang imam asal Ethiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolose-kolose.
Pada tahun 1860, pangeran Kadaref Kassa diangkat menjadi raja Tewodorus II dengan dukungan dari Abuna Salama. Atas desakan Abuna Salama, Tewodorus II melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan. Ia lalu diusir dari Ethiopia menuju wilayah di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju ke Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan dan meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860.
Santo Yustinus de Yakobis digelari sebagai rasul Afrika, dan pendiri misi Abessinia (Ethiopia). Beato Ghebre-Michael adalah salah satu dari sekitar 12.000 orang yang dibabtisnya selama karya kerasulannya di Afrika.
Yustinus = Adil, Tepat (Latin)
Justin (English), Justus, Joos, Joost (Dutch), Justus (German), Justinian (History), Giustino (Italian), Iustinianus, Iustinus, Iustus, Justus, Yustus (Latin), Justinas (Lithuanian), Justyn (Polish), Iestyn (Welsh)
Bentuk Feminim :
Justina (English), Justine (French), Justina (Slovene)
Yohanes Colombini awalnya adalah seorang Gonfalionere (Hakim Agung) di kota Siena Italia pada abad ke-14. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya-raya dan terkenal sebagai seorang yang angkuh, pemarah dan tamak. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Karena itu ia senantiasa bekerja keras dan menghalalkan segala cara demi menumpuk harta kekayaan.
Pada suatu hari Yohannes membaca buku riwayat hidup Santa Maria Aegyptica (Maria dari Mesir). Mulanya ia menganggap sepele kisah pertobatan Maria Aegyptica, dari seorang pelacur menjadi seorang pertapa suci dipadang gurun. Ia membuang buku tersebut, namun hatinya kembali tergelitik untuk membaca kisah itu lagi. Ia memungut buku tersebut dan membaca lagi, dan lagi, dan membaca lagi kisah tersebut sampai puluhan kali. Roh Tuhan kini menyentuh jiwanya dan membuka mata hatinya. Yohanes tersadar dan dapat melihat cara hidupnya yang penuh dosa. Sebagai seorang Gonfalionere, Yohanes kerap menjual hati nuraninya dengan menerima uang suap dalam memutuskan perkara, dan ini tidak berbeda dengan seorang pelacur yang menjajakan tubuhnya. Malam itu Yohanes berlutut dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Dalam linangan airmata, ia berkaul untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan.
Di hari berikutnya, Hakim Agung Yohanes Colombini menggemparkan kota Sienna dengan membagi-bagikan semua harta kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia melepaskan jabatannya dan meninggalkan semua kemewahan hidup yang selama ini ia jalani. Yohanes lalu membaktikan dirinya menjadi seorang perawat bagi orang sakit di rumah sakit kota Siena. Pertobatan Yohannes sangat mengherankan penduduk Siena. Banyak yang mencibir, namun banyak pula yang mengikuti jejaknya. Banyak orang berdosa di kota itu yang ikut bertobat setelah menyaksikan pola hidup baru Yohanes Colombini, mantan Gonflionere yang disegani. Beberapa bangsawan Siena mengikuti jejak Yohanes dan menjadi pengikutnya yang setia.
Seiring berjalannya waktu, para pengikut Yohanes Colombini semakin bertambah banyak. Mereka mulai berkarya di berbagai penjuru kota dan desa, sampai ke pelosok-pelosok terpencil untuk mewartakan Injil, memberi pelayanan medis dan mendamaikan klan-klan keluarga yang dimasa itu sering bertikai. Yohanes dan para pengikutnya memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Pada tahun 1360 Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah Serikat Persaudaraan Awam yang ia beri nama Clerici apostolici Sancti Hieronymi. Para anggota Serikat Persaudaraan Awam ini lebih dikenal dengan sebutan para Jesuat (Gesuat), mengacu pada kebiasaan mereka yang selalu menyebut nama Yesus dengan keras dan riang gembira setiap saat, di awal dan akhir kegiatan apapun yang mereka lakukan. Para Jesuati mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya.
Serikat Jesuat mendapat persetujuan dari Paus Urbanus V pada bulan juni tahun 1367. Sebulan kemudian Yohanes Colombini jatuh sakit dalam perjalanan menuju Acquapendente. Ia tutup usia dengan tenang pada tanggal 31 Juli 1367.
Yohanes Berasal dari nama Yunani Ιωαννης (Ioannes), yang aslinya berasal dari nama Ibrani יוֹחָנָן (Yochanan) yang berarti "YAHWEH Maha pengasih", "Allah Maha Baik"
John, Jon (English), Deshaun, Deshawn, Keshaun, Keshawn, Rashaun, Rashawn (African American), Gjon (Albanian), Yahya (Arabic), Hovhannes, Ohannes (Armenian), Ganix, Ion, Jon (Basque), Ioannes (Biblical Greek), Yehochanan, Yochanan (Biblical Hebrew), Iohannes (Biblical Latin), Yann, Yanick, Yannic, Yannick (Breton), Ioan, Ivan, Yan, Yoan, Ivo, Yanko (Bulgarian), Joan, Jan (Catalan), Jowan (Cornish), Ghjuvan (Corsican), Ivan, Ivica, Ivo, Janko, Vanja (Croatian), Ivan, Jan, Johan, Honza, Janek (Czech), Jan, Jens, Johan, Johannes, Jon, Hans, Jannick, Jannik (Danish), Jan, Johan, Johannes, Hanne, Hannes, Hans, Jo, Joop (Dutch), Johano, Joĉjo (Esperanto), Jaan, Johannes, Juhan (Estonian), Jani, Janne, Johannes, Joni, Jouni, Juhana, Juhani, Hannes, Hannu, Juha, Juho, Jukka, Jussi (Finnish), Jean, Yann, Jeannot, Yanick, Yannic, Yannick (French), Xoán (Galician), Jan, Johann, Johannes, Hannes, Hans, Jo (German), Ioannes, Ioannis, Yanni, Yannis, Yianni, Yiannis (Greek), Keoni (Hawaiian), Yochanan (Hebrew), János, Jancsi, Jani, Janika (Hungarian), Jóhann, Jóhannes, Jón (Icelandic), Eoin, Sean, Seán, Shane (Irish), Giovanni, Gian, Gianni, Giannino, Nino, Vanni (Italian), Johannes, Joannes (Late Roman), Jānis (Latvian), Sjang, Sjeng (Limburgish), Jonas (Lithuanian), Johan, Hanke (Low German), Ivan, Jovan, Ivo (Macedonian), Ean, Juan (Manx), Hann, Jan, Jon, Hankin, Jackin, Jankin (Medieval English), Jehan (Medieval French), Zuan (Medieval Italian), Jan, Jens, Johan, Johannes, Jon, Hans (Norwegian), Joan (Occitan), Iwan, Jan, Janusz, Janek (Polish), João, Joãozinho (Portuguese), Ioan, Ion, Iancu, Ionel, Ionuț, Nelu (Romanian), Ioann, Ivan, Vanya (Russian), Eoin, Iain, Ian (Scottish), Ivan, Jovan, Ivo, Janko, Vanja (Serbian), Ján, Janko (Slovak), Ivan, Jan, Janez, Žan, Anže, Janko (Slovene), Iván, Juan, Xuan, Juanito (Spanish), Jan, Jens, Johan, Johannes, Jon, Hampus, Hans, Hasse, Janne (Swedish), Yahya (Turkish), Ivan (Ukrainian), Evan, Iefan, Ieuan, Ifan, Ioan, Iwan, Siôn, Ianto (Welsh)
Bentuk Feminim :
Jone (Basque), Joanna (Biblical), Ioanna (Biblical Greek), Iohanna (Biblical Latin), Ioana, Ivana, Yana, Yoana (Bulgarian), Joana, Jana (Catalan), Ivana (Croatian), Ivana, Jana, Johana, Janička (Czech), Johanna, Johanne (Danish), Jana, Janna, Johanna, Janneke, Jantine, Jantje (Dutch), Johanna (Estonian), Janina, Johanna (Finnish), Jeanne, Jeannette, Jeannine (French), Xoana (Galician), Jana, Janina, Johanna (German), Ioanna, Nana (Greek), Johanna (Hungarian), Jóhanna, Jóna (Icelandic), Chevonne, Shavonne, Shevaun, Shevon, Síne, Siobhan (Irish), Giovanna (Italian), Johanna (Late Roman), Janina (Lithuanian), Ivana, Jovana (Macedonian), Jehanne, Johanne (Medieval French), Johanna, Johanne (Norwegian), Janina, Joanna (Polish), Joana (Portuguese), Ioana (Romanian), Zhanna, Ivanna (Russian), Jean, Sìne, Jessie, Teasag (Scottish), Ivana, Jovana (Serbian), Jana (Slovak), Ivana, Jana (Slovene), Juana (Spanish), Janina, Janna, Johanna, Jannicke, Jannike (Swedish), Siân (Welsh)