Hari ini Gereja Katolik merayakan pesta orang-orang kudus yang hidup pada masa Gereja perdana. Salah satunya bahkan merupakan murid Rasul Petrus yang kemudian diangkat menjadi Uskup pertama di kota Ravenna.
Apolinarius (Apolinaris) adalah murid dari Rasul Petrus. Ia berasal Antiokia dan ditunjuk sebagai uskup pertama kota Ravenna Italia oleh Santo Petrus sendiri.
Sebagai uskup Ravenna, Apolinaris menemui berbagai kesulitan yang sangat berat. Ia pernah diusir dari Ravenna oleh orang-orang Romawi kafir sebanyak empat kali, namun ia tetap kembali lagi ke Ravenna. Meskipun ia menjadi sasaran penyiksaan yang mengerikan setiap kali tertangkap, namun ia tetap bertahan menjalankan tugasnya sebagai seorang Uskup . Menurut tradisi, Santo Apolonario disiksa hingga mati pada masa penganiyaan kaisar Vespasianus (67-69 M).
Santo Petrus Chrysologus, uskup Ravenna pada abad ke-5, menyatakan bahwa walaupun Apolinaris menderita penganiayaan hebat, namun ia tetap bertahan dalam penderitaan itu. Ia menghormati Apolinaris sebagai seorang martir, bukan karena Apolinaris mati sebagai seorang martir, melainkan karena ia banyak menderita karena imannya kepada Kristus.
Nama Yunani yang diturunkan dari kata Apollo (nama salah satu dewa Yunani kuno)
Santa Brigitta adalah seorang mistikus gereja yang lahir di Swedia pada tahun 1303. Ia sering disebut sebagai Ratu Swedia walau sebenarnya ia tidak pernah menjadi ratu. Ia hanyalah pelayan dari ratu Swedia.
Sejak kanak-kanak, ia rajin mengikuti misa dan dengan penuh perhatian mendengarkan kotbah. Lebih-lebih apabila pastor berkotbah tentang sengsara dan kematian Tuhan Jesus. Brigitta memiliki devosi yang kuat kepada Sengsara Yesus.
Ketika berusia sepuluh tahun, Yesus di salib menampakkan diri kepadanya. Ia mendengar Yesus berkata :
“Pandanglah aku, puteri-Ku.”
“Siapakah yang memperlakukan Engkau seperti ini?” tangis Brigitta kecil.
“Mereka yang melecehkan Aku dan menolak kasih-Ku untuk mereka,” jawab Yesus.
Sejak itu Brigitta kecil selalu berupaya untuk mencegah orang menghina dan menyakiti hati Yesus.
Ketika berusia empat belas tahun, Brigitta dinikahkan dengan Ulf yang berusia delapan belas tahun. Sama seperti Brigitta, Ulf juga memiliki semangat untuk melayani Tuhan. Pasangan tersebut memiliki delapan orang anak, salah seorang diantaranya kelak dikenal sebagai St. Katarina dari Swedia. Brigitta dan Ulf bekerja dalam istana kerajaan Swedia. Brigitta adalah pengiring ratu. Ia selalu berusaha membantu Raja Magnus dan Ratu Blanche untuk hidup lebih baik, walaupun pada biasanya mereka tidak mendengarkan nasehatnya.
Sepanjang hidupnya, Brigitta mendapat anugerah penampakan-penampakan yang luar biasa dan pesan-pesan khusus dari Tuhan. Karena ketaatannya kepada Tuhan, Brigitta menemui banyak pemimpin serta orang-orang penting di Gereja. Dengan rendah hati dijelaskannya apa yang Tuhan kehendaki dari mereka. Setelah suaminya meninggal dunia, Brigitta menanggalkan semua pakaian mewahnya. Ia lalu hidup sebagai seorang biarawati miskin.
Di kemudian hari, Brigitta membentuk Konggregasi Suster Sang Penebus yang juga dikenal sebagai Konggregasi Suster Brigittine. Ia masih tetap melakukan segala kesibukannya, bepergian ke berbagai tempat untuk melakukan perbuatan baik. Dan melalui segala aktivitasnya itu, Yesus terus mengungkapkan banyak rahasia kepadanya. Semuanya itu diterima Brigitta tanpa sedikit pun rasa bangga atau menyombongkan diri.
Menjelang akhir hidupnya, Brigitta berziarah ke Tanah Suci. Di tempat-tempat ziarah di sana, ia mendapat penampakan-penampakan tentang apa yang telah Yesus katakan dan lakukan di tempat-tempat itu. Semua wahyu yang disampaikan kepada Brigitta tentang Sengsara Yesus diterbitkan setelah kematiannya.
St.Brigitta wafat di Roma pada tanggal 23 Juli 1373. Ia dinyatakan santa oleh Paus Bonifasius IX pada tahun 1391.
Yang dimuliakan
Bridgette (English), Breda, Bríd, Bride, Brighid, Brigid, Brighid, Brigit, Brigid (Irish), Brigita (Croatian), Birgitte, Birte, Birthe (Danish), Brigitta (Dutch), Birgitta, Piritta, Brita, Pirjo, Pirkko, Priita, Riitta (Finnish), Brigitte (French), Brigitta, Brigitte, Gitta, Gitte (German), Brigitta (Hungarian), Brigida (Italian), Brigita (Latvian), Breeshey (Manx), Brit (Norwegian), Brygida (Polish), Brígida (Portuguese), Birgit, Birgitta, Brigitta, Berit, Brita, Britt, Britta (Scandinavian), Brigita (Slovene), Brigida (Spanish), Gittan (Swedish), Ffraid (Welsh)
Santo Yohanes Kasianus (John Cassian) lahir sekitar tahun 360 M. Ia berasal dari Scythia Kecil (sekarang wilayah ini bernama Dobrogea, dan terbagi dalam wilayah negara Rumania dan Bulgaria). Kasianus diketahui fasih berbahasa Latin dan Yunani; serta tulisan-tulisannya menunjukkan adanya pengaruh kuat dari Cicero dan Persius. Semua ini mengindikasikan bahwa Kasianus telah menerima pendidikan yang sangat baik, yang hanya dimungkinkan apabila ia berasal dari kalangan bangsawan atau memiliki orang tua yang kaya.
Setelah dewasa, Kasianus melakukan perjalanan spiritual ke tanah suci Yerusalem bersama seorang saudarinya dan sahabatnya Germanus. Tiba di Palestina, saudarinya masuk biara dan menjadi seorang biarawati, sementara Kasianus dan Germanus menggabungkan diri dalam sebuah komunitas pertapa yang tinggal dekat Gereja Kelahiran di Betlehem.
Di kota kelahiran Sang Juru Selamat dunia, Kasianus dan Germanus mulai memasuki hidup monastik dibawah bimbingan para rahib. Mereka mempraktekkan pola hidup asketis dan melaksanakan latihan-latihan rohani dengan penuh disiplin. Hari-hari mereka jalani dalam doa dan meditasi, disamping melaksanakan tugas-tugas harian dalam komunitas. Di senja hari, mereka akan bermadah bersama memuji keagungan Tuhan, dan di malam hari, lantunan doa akan membawa hati dan pikiran para pencari Tuhan ini, menyatu dengan keheningan malam, dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Kira-kira pada tahun 384, setelah tiga tahun tinggal di Bethlehem, Kasianus dan Germanus berangkat ke Mesir. Pencarian mereka dilanjutkan dengan menjadi pertapa di padang gurun. Mesir di masa itu adalah sebuah metropolis Kristen yang makmur, dan di padang gurunnya tersebar para pertapa Kristen yang kudus. Kedua pencari Tuhan ini memilih tinggal di gurun Natria di dekat lembah Wadi El Natrun, dimana banyak berdiri biara monastik dan para pertapa tersebar diseantero lembah. Di tempat ini pula Santo Makarius Agung dan para pengikutnya mendirikan pertapaan mereka (Pertapaan ini sekarang dikenal dengan nama The Monastery of Saint Macarius Natrian, Wadi El Natrun Mesir).
Tidak ada keterangan dimana Kasianus dan Germanus tinggal saat berada di Wadi El Natrun. Hanya disebutkan bahwa mereka hidup lembah ini selama limabelas tahun dan telah mengunjungi beberapa biara dan pertapaan. “Mungkin” sekali mereka pernah mengunjungi Biara Santo Makarius Agung, mengingat biara tersebut telah berdiri sejak tahun 360 dan Santo Makarius Agung tinggal disana sampai pada hari kematiannya tahun 391.
Pada tahun 399 terjadi perpecahan diantara komunitas pertapa di Mesir (kontroversi “Anthropomorphist”) yang di picu oleh surat gembala kontroversial dari Patriark Theofilus dari Alexandria (patriark Alexandria sampai 15 Oktober 412 M). Dalam catatannya Kasianus menulis : para pertapa Mesir menerima surat patriark mereka “dengan penuh kepahitan”.
Demi mencari penyelesaian masalah ini, Kasianus dan Germanus berangkat ke Konstantinopel, ibukota Kerajaan Byzantium, untuk bertemu dengan Patriark Yohanes Krisostomus. Santo Yohanes Krisostomus yang mengagumi kecerdasan dan pencarian spiritual yang dilakoni Kasianus, segera memutuskan untuk mentahbiskan Kasianus dan Germanus sebagai diakon dan imam. Kemungkinan disaat inilah Kasianus mulai menggunakan nama “Yohanes” sesuai nama sang Patriark. Yohanes Kasianus kemudian diangkat menjadi anggota dewan klerus di Keuskupan Agung Konstantinopel.
Kasianus tidak lama tinggal di Konstantinopel. Ia harus mengungsi ke Roma pada tahun 404 setelah Santo Yohanes Krisostomus dipaksa menjalani hukuman pembuangan akibat perseteruannya dengan Ratu Eudoxia. Yohanes Kasianus diketahui tiba di Roma pada tahun itu juga. Selama periode ini tidak ada lagi catatan tentang sahabatnya Germanus. Kemungkinan ia telah meninggal dunia atau telah kembali ke Scythia.
Di kota Roma, Yohanes Kasianus menghadap Paus Innosensius I dan membawa masalah perpecahan para pertapa di Mesir ke hadapan Bapa Suci. Ia juga menerima undangan dari kota Marseilles di Perancis Selatan untuk membangun biara, seperti biara-biara monastik di Mesir. Yohanes Kasianus “mungkin” telah ditugaskan paus untuk menjadi imam di wilayah Antiokhia antara tahun 404 sampai tahun 415. Ia tercatat baru tiba di Marseilles sekitar tahun 415 dan mulai membangun Biara Santo Victorius.
Di kota ini pula ia menulis dua bukunya yang terkenal : “De Institutis coenobiorum” dan “Collationes” yang ditulis sekitar tahun 417 - 420. De Institutis coenobiorum ditulis dalam dua belas buku dan ditujukan terutama untuk para rahib. Buku ini menggambarkan praktek hidup para pertapa Timur (terutama Mesir), metode doa mereka, dan cara mereka berjuang melawan Delapan Dosa Utama manusia dalam upaya menggapai kesucian hidup dalam nama Kristus.
Kedua buku ini sangat mempengaruhi tradisi Monastik Gereja Barat. Santo Benediktus bahkan menganjurkan para pengikutnya untuk membaca dua buku tersebut.
Perjalanan Yohanes Kasianus telah menjadi sumber inspirasi bagi para rohaniwan dan cendekiawan sejak masa itu. Banyak orang datang padanya untuk memohon bimbingan spiritual dan mendengarkan kisahnya tentang kota Yerusalem, Bethlehem dan kehidupan para pertapa suci di gurun Mesir. Santo Eucherius, seorang rahib Benediktin yang saleh, menulis sepucuk surat padanya memohon petunjuk tentang cara hidup monastik seperti yang dipraktekkan para pertapa Mesir. Yohanes Kasianus membalas surat tersebut dengan mengirimkan salinan bukunya Collatines.
Pencarian Spiritual Santo Yohanes Kasianus yang dimulai dari Scythia, Palestina, Mesir, Kontantinopel, Roma dan Antiokhia, akhirnya selesai di Marseilles. Ia wafat dengan tenang pada tahun 435 dalam usia 75 tahun. Ia dimakamkan di dalam biara yang didirikannya, biara Santo Victorius di Marseilles Perancis. Bangunan biara ini masih berdiri kokoh hingga saat ini, walau tidak lagi berfungsi sebagai biara (lihat tab Video). Sejak tahun 1939 Gereja biara ini telah dialih-fungsikan menjadi sebuah Basilika oleh Paus Pius XI (qq).
Yohanes ==> lihat santo Yohanes
Kasianus : Nama Romawi yang “mungkin” diturunkan dari kata Latin “Cassus” yang berarti "kosong”, “hampa”, “sia-sia".
Jean Cassien (French), Jan Kasjan (Polish), Johannes Cassianus (Dutch)¸ Johannes Cassianus (Dannish), Giovanni Cassiano (Italian), Juan Casiano (Spain), João Cassiano (Portugues), Ioan Casian (Romanian)