Santa Ursula merupakan seorang martir perempuan dan pelindung Konregasi Suster-suster santa Ursula sementara Setelah duapuluh tahun di padang gurun, orang kudus ini mengadakan mukjizatnya yang pertama. Segera saja banyak orang mulai berdatangan ke gubugnya untuk memohon pertolongan. Beberapa orang minta diperbolehkan tinggal bersamanya untuk belajar darinya bagaimana berdoa dan bermatiraga. Dalam kedalaman kasihnya kepada Tuhan dan sesama, ia mengundang mereka untuk tinggal.
Menurut legenda, Santa ursula hidup pada abad keempat. Ia adalah seorang bangsawan, puteri dari raja Dionotus dari Dumnonia di sebelah barat daya Inggris. Wajahnya sangat cantik jelita hingga membuat banyak pemuda tertarik padanya.
Suatu ketika seorang gubernur kafir yang sangat berkuasa bernama Conan Meriadoc dari Armorica meminang Ursula untuk dijadikan isterinya. Pinangan ini ditolak Ursula dengan tegas karena ia telah berkaul untuk menjalani hidup suci. Untuk menghindarkan diri dari Gubernur kafir ini, Ursula bersama dengan 11.000 orang dayang-dayang pengiringnya kemudian berlayar untuk berziarah ke daratan Eropa. Jumlah 11.000 orang dayang-dayang yang tidak logis ini diduga akibat salah pengutipan angka 11M yang sebenarnya menunjukkan 11 Martir; tetapi penyalin menulisnya sebagai jumlah dalam angka Romawi (M = 1000).
Setelah lama berlayar, mereka berlabuh disebuah kota pelabuhan yang tidak diketahui namanya (sumber yang ada hanya menyebutkan : Pelabuhan di Galia), lalu melanjutkan perjalanan ziarah mereka melewati kota Cologne. Namun kota itu kemudian diserang dan dikuasai bangsa Hun. Santa Ursula bersama para dayangnya ditangkap oleh tentara Hun. Mereka dipaksa untuk menyangkal imannya dan hendak dijadikan sebagai budak seks. Dengan gigih Santa Ursula dan para pengiringnya mati-matian membela iman dan kesucian mereka. Karena itu mereka lalu dianiaya dan disiksa sampai mati. Dari lukisan-lukisan tua tentang kemartiran mereka ini, digambarkan banyak perempuan yang tewas dengan berbagai cara yang mengerikan. Jenazah para martir kudus ini akhirnya dimakamkan oleh orang-orang Kristen yang ada di sana.
Nilai historis dari kisah ini sangat lemah. Namun hal itu bukanlah yang terpenting. Kepahlawanannya dalam membela iman dan mempertahankan kesuciannya-lah yang membuat Santa Ursula dihormati Gereja sebagai orang kudus.
Pada tahun 1155, orang menemukan relikwinya di sebuah kuburan dari abad ke-4 di dekat gereja Cologne (sekarang Koln – Jerman). Saat ini ditempat itu berdiri megah Basilika Santa Ursula Koln – Jerman. Relikwi Santa Ursula dan para pengiringnya disemayamkan dalam Basilika ini di sebuah ruangan yang disebut The Golden Chamber.
Pada tanggal 25 November 1536 di Italia, Santa Angela Merici mendirikan sebuah biara susteran yang diserahkan dalam perlindungan Santa Ursula. Biara ini disebut Ordo Santa Ursula (OSU) dan kini telah tersebar di berbagai negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.***
Hilarion hidup pada abad keempat. Ia seorang remaja yang tidak percaya ketika meninggalkan rumahnya di Palestina. Ia sedang dalam perjalanan ke Mesir untuk bersekolah. Di sana ia belajar mengenai iman Kristiani, dan segera ia dibaptis. Hilarion baru berumur limabelas tahun pada waktu itu. Pertobatannya merupakan awal dari suatu perjalanan gemilang yang menghantarnya semakin akrab dengan Tuhan. Tak lama berselang, ia pergi mengunjungi St. Antonius Pertapa yang terkenal itu di padang gurun. Hilarion ingin bersendiri dan melayani Yesus yang baru saja ia kasihi dengan begitu mendalam.
Hilarion tinggal bersama St Antonius selama dua bulan lamanya, tetapi tempat itu tidak cukup tenang baginya. Banyak orang berdatangan mohon pertolongan St.Antonius. Hilarion tidak dapat menemukan kedamaian yang ia rindukan, sebab itu ia pergi. Setelah ia menjual segala miliknya dan memberikannya kepada orang-orang miskin, ia pergi ke alam liar untuk hidup sebagai seorang pertapa.
Hilarion harus berjuang melawan banyak pencobaan. Kadang kala, ia merasa, seolah tak satu pun dari doa-doanya yang didengarkan Tuhan sama sekali. Walau demikian ia tidak membiarkan godaan-godaan ini membuatnya berhenti berdoa dengan terlebih sungguh. Ia bermatiraga dengan sungguh-sungguh. Selama hidup sebagai pertapa di padang gurun ia hanya makan 15 buah ara setiap hari.
Setelah duapuluh tahun di padang gurun, orang kudus ini mengadakan mukjizatnya yang pertama. Segera saja banyak orang mulai berdatangan ke gubugnya untuk memohon pertolongan. Beberapa orang minta diperbolehkan tinggal bersamanya untuk belajar darinya bagaimana berdoa dan bermatiraga. Dalam kedalaman kasihnya kepada Tuhan dan sesama, ia mengundang mereka untuk tinggal.
Tetapi, pada akhirnya, ketika usianya enampuluh lima tahun, ia mulai berkelana lagi. Ia pergi dari satu negeri ke negeri lainnya demi mencari kedamaian dan ketenangan. Namun demikian, mukjizat-mukjizat belas kasihnya yang tersohor senantiasa mengundang banyak orang berdatangan. Mukjizat – mukjizatnya yang terkenal antara lain ketika ia menyembuhkan seorang wanita dari Eleutheropolis (sebuah kota Romawi di Suriah) yang telah mandul selama 15 tahun. Kemudian, ia menyembuhkan tiga orang anak dari penyakit yang parah, menyembuhkan seorang kusir yang lumpuh, dan mengusir setan.
Beberapa tahun menjelang wafatnya pada tahun 371, Hilarion pada akhirnya merasakan bahwa ia sungguh-sungguh sendiri bersama Tuhan. Usianya delapanpuluh tahun ketika ia wafat.***