Hari ini Gereja Katolik memperingati lima orang kudus sekaligus yang masing-masing memiliki keunggulan dan keunikan dalam pewartaan Injil. Kesaksian hidup mereka akan Injil dan Kristus membawa mereka pada pemenuhan akan kehidupan sebagai seorang murid Kristus dalam pengabdian iman dan kesetiaan pada Injil.
Santo Alexius (atau Alexis), adalah seorang rahib kudus yang hidup sebagai pengemis di abad keempat. Ia dikenal karena Kesucian hidup dan dedikasinya kepada Kristus. Ada dua Tradisi berbeda tentang Orang Kudus ini. Tradisi Syria dan Tradisi Yunani.
Menurut tradisi Syria, Santo Alexius adalah seorang kudus yang dihormati oleh umat Gereja Timur dan kemudian dihormati juga oleh Gereja Barat (Roma) karena orang kudus ini adalah seorang Romawi. Tradisi Gereja Syiria menuturkan: Pada masa keuskupan Uskup Rabbula (412–435), terdapat seorang "Hamba Tuhan" yang tinggal di Edessa, sebagai seorang pengemis, dan sering berbagi sedekah yang ia terima dengan kaum miskin. Ia ditemukan sebagai warga asli kota Roma setelah kematiannya.
Menurut Tradisi Yunani: Alexius adalah seorang pemuda bangsawan, putera seorang Senator yang di hormati di kota Roma. Ia merasa jenuh dengan kehidupannya yang penuh kemewahan dan kemegahan duniawi. Baginya, semua harta dunia tidak dapat memberikan kebahagiaan sejati. Ia ingin menjadi seorang pertapa dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Yesus.
Namun sebagaimana kebiasaan para bangsawan Romawi dimasa itu, kedua orang tuanya telah memilihkan jodoh untuknya dan mengatur hari pernikahannya. Menjelang hari pernikahannya, Alexius kabur dari rumah. Ia pergi ke kota Edessa (di masa ini Edessa adalah sebuah Metropolis Kristen yang makmur. Kota ini sekarang bernama Sanli Urfa dan menjadi wilayah negara Turki) dan tinggal disana sebagai seorang pengemis dan pertapa.
Setiap pagi Alexis mengemis di pintu gerbang Gereja Santa Maria di Edessa. Saat hari mulai senja ia kembali ke pertapaannya dan melewatkan malam yang panjang dalam doa dan matiraga. Salah satu doanya yang terkenal adalah : Aku bersyukur kepada-MU ya TUHAN, karena ENGKAU telah memanggil aku dan meluluhkan hati banyak orang untuk memberikan aku sedekah dalam nama-MU. Selesaikanlah dalam diriku pekerjaan luhur yang telah KAU mulai.
Suatu hari, dalam sebuah penglihatan, Bunda Maria menunjuk pada pengemis Alexius dan menyapanya sebagai “Hamba Tuhan”. Kota Edessa segera saja gempar dan pengemis suci Alexius menjadi sangat tekenal hingga kehidupan rohaninya terganggu. Beberapa saat kemudian Alexius meninggalkan pertapaannya karena ia tidak bisa lagi bertapa disitu. Setiap hari tempat itu selalu dipenuhi umat yang datang memohon doa dan berkatnya.
Alexius meninggalkan Edessa dan kembali ke Roma di mana dia tidak akan dikenal lagi. Tubuhnya yang dulu tegap berotot, kini kurus dan ringkih. Wajahnya yang dulu bersih dan tampan, kini berjanggut dan penuh keriput. Namun sorot matanya yang lembut penuh kasih akan meluluhkan kekerasan hati setiap orang yang bertemu dengannya.
Dia mengemis dipintu gerbang rumahnya sendiri dan kedua orangtuanya tidak mengenalinya. Namun Kedua orang tuanya terkenal dermawan dan murah hati kepada para orang miskin. Mereka membiarkan “Pengemis dari Edessa” itu untuk tinggal bersama mereka. Alexius hidup selama tujuh belas tahun di ruang kecil dibawah tangga istana keluarganya. Sepanjang hari dilaluinya dengan berdoa, bermeditasi dan mengajar katekismus pada anak-anak kecil.
Disaat kematiannya, sebuah suara bergema diistana keluarga itu yang menyatakan bahwa pengemis tersebut adalah seorang “Hamba Tuhan”. Keluarganya lalu menemukan sebuah catatan di tubuhnya yang menerangkan tentang jati dirinya dan bagaimana ia menjalani kehidupan sebagai pengemis dan pertapa sejak kabur di hari pernikahannya dulu.
Sejak abad kedelapan Gereja Barat merayakan pesta santo Alexius pada setiap tanggal 17 Juli. Dalam Roman Martyrologi tanggal 17 Juli tertulis: "Di Roma, di sebuah gereja di Bukit Aventine, seorang Hamba Tuhan dirayakan dengan nama Alexius, yang seperti disebutkan oleh tradisi, meninggalkan rumah kaya, demi menjadi miskin dan memohon sedekah yang tidak dikenali. " (qq).
Alexius adalah Nama Latin yang aslinya berasal dari nama Yunani Αλεξις (Alexis) yang berarti: "Sang Pembela, Sang Penolong"
Diturunkan dari kata Yunani : αλεξω (alexo) = "membela, menolong"
Lihat juga ==> Alexander
Aleksei, Aleksey, Alexei, Alexey, Aliaksei (Belarusian), Aleix (Catalan), Aljoša (Croatian), Alexej, Aleš (Czech), Aleksi, Ale (Finnish), Alexis (French), Aleixo (Galician), Alexis (German), Alexis, Alexios (Greek), Elek (Hungarian), Alessio (Italian), Aleksy (Polish), Aleixo (Portuguese), Aleksei, Aleksey, Alexei, Alexey, Aleks, Alex, Alyosha, Lyosha (Russian), Aljoša (Serbian), Alexej, Aleš (Slovak), Aleksej, Aleks, Aleš, Aljoša (Slovene), Alejo (Spanish), Aleksei, Aleksey, Alexei, Alexey, Oleksiy, Olexiy, Aleks, Oles (Ukrainian)
Beato Benignus Visdomini “mungkin” memiliki hubungan keluarga dengan Santo Yohanes Gualbertus pendiri Komunitas Benediktin Valumbrosan di Florence. Ia lahir sekitar tahun 1136 di Montevarchi, Arezzo, Italia dan ditahbiskan menjadi imam di wilayah Florence, Italia. Saat masih seorang imam muda, Benignus pernah gagal dalam menjalani disiplin hidup membiara. Catatan dalam biografinya menyatakan bahwa Benigno Visidomini pernah “Jatuh ke dalam dosa”.
Dalam terang Roh Kudus, Benignus akhirnya kembali menemukan jalan kebenaran. Ia bertobat dengan sungguh-sungguh dan menjalani penitensi yang berat atas dosa-dosanya. Tercatat sebagian dari silih dosanya adalah melakukan perjalanan ziarah ke Roma dengan berjalan kaki.
Kembali dari perziarahan, imam muda ini memutuskan untuk masuk biara Benediktin Vallombrosan (sekitar tahun 1180). Demi berkonsentrasi pada silih dosanya, Benignus memilih untuk bertapa dalam sel pertapaan. Kesungguhannya dalam menjalani semua silih dosanya, segera menjadikan Benignus sebagai teladan akan penebusan dosa, kesalehan dan kerendahan hati.
Sekitar tahun 1190, Benignus diminta keluar dari sel pertapaan untuk memimpin sebuah biara Valumbrosan yang baru dibangun di luar kota Florence. Meski enggan meninggalkan sel pertapaan yang telah ditempatinya selama sepuluh tahun, rahib yang kudus ini tetap patuh pada atasannya. Ia meninggalkan sel pertapaan dan menjalani tugasnya sebagai seorang Abbas (kepala biara). Karyanya diberkati Tuhan dan hanya dalam beberapa tahun ia sukses membangun biara kecil ini menjadi sebuah biara besar yang dihuni oleh ratusan rahib.
Pada akhir tahun 1201 (atau awal tahun 1202); Benignus terpilih menjadi Superior Jendral biara Vallombrosan. Selama lebih dari 30 tahun kepemimpinannya, ia bekerja keras membangun biaranya dan dengan ketat menerapkan disiplin hidup membiara sesuai regula Vallombrosan. Ia membuka biara-biara baru, membangun sebuah gereja di Vallombrosa, membangun sebuah oratorium yang megah, dan membangun lebih banyak sel pertapaan bagi para rahib yang ingin bertapa.
Pada awal tahun 1234, Benignus merasakan bahwa masa hidupnya didunia ini akan segera berakhir. Ia mengundurkan diri dari jabatannya dan kembali menjadi bertapa dalam sel pertapaan. Ia menjalani hari-hari terakhirnya dalam doa dan meditasi; sampai saat ia menutup mata dan kembali ke pangkuan Bapa di surga pada tanggal 17 Juli 1236.
Ramah, Lemah Lembut (Latin)
Benigno (Italian), Benigno (Spanish), Benigno, Beninho (Portuguese)
Bentuk Feminim :
Benigna (Italian), Benigna (Spanish), Benigna (Portuguese)
St.Leo IV hidup pada abad kesembilan. Ia dilahirkan sebagai seorang Romawi dan melewatkan masa hidupnya di kota Roma. Leo dididik dalam Biara Benediktin dekat Basilika St Petrus. Ia ditahbiskan menjadi imam dan melaksanakan karya pelayanannya di Basilika St Yohanes Lateran yang besar dan terkenal.
Leo dikenal baik dan dikasihi oleh dua paus pendahulunya, yakni Paus Gregorius IV yang wafat pada tahun 844 dan Paus Sergius II yang wafat pada tahun 847. Wafat Paus Sergius II membawa dampak langsung pada Leo. Desas-desus akan serbuan bangsa barbar Saracen menggentarkan bangsa Romawi. Mereka tak hendak ditinggalkan tanpa paus. Begitu pula para kardinal. Sebab itu, mereka segera memilih penerus paus. Penerusnya ini kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Paus Leo IV.
Sebagai paus, Leo memerintahkan agar tembok-tembok kota diperbaiki. Tembok-tembok itu telah rusak tahun sebelumnya akibat serangan Saracen. Ia memperindah gereja-gereja dan membawa banyak relikwi ke Roma. Ia memulai suatu program pembaharuan bagi kaum klerus. Pada tahun 853 ia mengadakan sinode yang dihadiri segenap imam Roma. Ia menetapkan empatpuluh dua peraturan demi membantu para imam hidup dalam doa, lebih tekun dan penuh sukacita.
Beberapa uskup amat menyedihkan Paus Leo dengan cara hidup mereka yang materialistik. Mereka menentang paus secara terbuka dan tak hendak mengubah cara hidup mereka. Tak peduli betapa banyak ia dicemooh, Paus Leo tetap bersikap adil, sabar dan rendah hati. Ia tak pernah membiarkan masalah dan kesulitan mengusai dirinya. Leo tetap setia mempersembahkan segenap waktu dan kekuatannya untuk Yesus dan Gereja-Nya. Ia mencintai doa-doa liturgi yang indah dan mendorong perkembangan nyanyian dan musik liturgis.
Umat mencintai paus Leo IV. Bahkan semasa hidupnya, ia dianggap sebagai seorang pembuat mukjizat. Konon dialah yang menghentikan kobaran api dahsyat yang melalap pojok Inggris di Roma. Paus Leo IV terus melayani Gereja dengan penuh sukacita hingga akhir hayatnya pada tanggal 17 Juli 855.
Berasal dari bahasa Yunani λεων (leon) yang berarti "singa"
Leonius (Late Roman), Levon (Armenian), Léo, Léon, Lionel (French), Leone (Italian), Leonas (Lithuanian), León (Spanish), Leoš (Czech),
Bentuk Feminim: Leola, Leona, Leone(English), Leonia (Late Roman), Leona (German)
Santa Marcellina adalah kakak perempuan dari Santo Ambrosius dari Milan dan Santo Satyrus. Ia lahir di Trier Jerman pada sekitar tahun 332. Pada usia muda, ia dan seluruh keluarganya pindah ke ibukota kerajaan; Roma. Marcellina adalah seorang kakak dan juga pengasuh bagi kedua adiknya. Ia hidup sebagai seorang Kristen yang saleh. Ia berkaul kemurnian dan menjaga kesuciannya walaupun ia tetap awam dan tidak tinggal dalam biara. Ia menerima kerudung kemurnian dari Paus Liberius pada Hari Natal tahun 353 di Basilika Santo Petrus.
Marcellina bekerja membantu Santo Ambrosius di kota Milan setelah adiknya itu di tahbiskan menjadi uskup di kota tersebut. Terdapat catatan yang mengungkapkan bahwa ia menjalani pola hidup asketis yang keras bagai seorang rubiah pertapa, sehingga sempat ditegur oleh adiknya yang juga uskupnya untuk lebih santai di tahun-tahun terakhir hidupnya.
Santa Marcellina tutup usia di tahun 398 dan dimakamkan bersama kedua adiknya di bawah altar Basilika Santa Ambrosius di Milan Italia.
Bentuk Feminim dari nama : Marselinus.
Marselinus : Bentuk lain dari nama Romawi : Markus
Markus berasal dari kata "Mars" = "Dewa perang", "Gemar Berperang”, “Kesatria” (Latin)
Marselina (Indonesian), Marcelyn (English), Marceline, Marcelline, Céline (French), Marcelina, Celina (Polish)
Bentuk Maskulin => lihat : Marselinus
Santa Marina dikenal juga sebagai Santa Marinus, Santa Marina dari Bithynia, Santa Marina rahib, dan Santa Marina dari Pelagia. Ia hidup pada abad ke-8 di Byzantine Syria, di daerah yang saat ini menjadi wilayah negara Libanon. Ia adalah putri tunggal seorang pedagang Kristen yang makmur bernama Eugenius. Ibunya meninggal dunia ketika ia masih kanak-kanak dan ia dibesarkan ayahnya dalam tradisi Kristen yang ketat. Setelah Mariana beranjak dewasa, Eugenius berencana menikahkannya, lalu pensiun dan menjalani hidup religius sebagai seorang biarawan.
Marina menolak rencana ayahnya. Ia tidak ingin hidup berumah-tangga dan telah berkaul untuk tetap suci serta mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. Ketika Eugenius berkeras, Marina meluluhkan hati ayahnya dengan berkata : “Bagaimana bisa seorang ayah berupaya menyelamatkan jiwanya sendiri dan melupakan keselamatan jiwa putrinya.?”
Marina menyakinkan Eugenius bahwa ia dapat menyamar sebagai seorang biarawan dan tinggal dalam biara bersama ayahnya. Dia segera mencukur rambutnya lalu mengganti pakaiannya dengan jubah biarawan. Kesungguhan Marina membuat Eugenius mengalah. Ia lalu memberikan semua harta miliknya kepada orang miskin lalu bersama Marina yang kini berganti nama menjadi “Marinus”, masuk Biara Qannoubine di Lembah Kadisha Libanon. Biara ini masih berdiri hingga saat ini dan merupakan salah satu biara tertua dalam Gereja Maronite.
Setelah sepuluh tahun hidup bersama dalam keheningan biara, menyatu dalam lantunan doa, puasa, dan bersama-sama bermadah memuji kemuliaan Tuhan di surga, Eugenius meninggal dunia. Marina terus bertahan dalam biara dan menjalani matiraga dan hidup asketis yang sangat ketat dalam sel pertapaaan. Ia tetap mampu menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang wanita walaupun para saudaranya dalam biara telah menjadi curiga ketika mendengar suaranya yang lembut kala ia melantunkan madah pujian.
Suatu hari, biarawan “Marinus” difitnah telah menghamili putri pemilik penginapan. Ia menerima fitnah keji itu dengan diam tanpa membela diri. Abbas (kepala biara) menjadi sangat marah dan mengusirnya keluar. Marina keluar dari biara, namun ia tetap tinggal di depan pintu gerbang dan hidup sebagai seorang peminta-minta. Saat wanita yang memfitnahnya melahirkan, bayinya ia serahkan kepada Marina. Bayi yang tidak berdosa tersebut dibesarkan Marina dengan susu domba yang diberikan oleh sahabatnya para gembala. Selama bertahun-tahun Marina berjuang memelihara anak tersebut dengan mengemis di pintu gerbang biara. Sepuluh tahun kemudian, para biarawan yang iba padanya, berhasil meyakinkan Abbas untuk menerimanya kembali dalam biara.
Marina diijinkan tinggal dalam biara dengan syarat harus menjalani penitensi yang berat. Setiap hari ia harus mengerjakan banyak pekerjaan kasar seperti memasak, menimba air dan membersihkan biara; di samping menjalankan tugas rutinnya sebagai seorang rahib dalam masa penitensi. Marina berterimakasih kepada Abbas dan menjalani semua penitensinya dalam ketenangan batin yang luar biasa. Ia tidak pernah mengeluh, meski semua pekerjaan beratnya telah meremukkan tubuhnya.
Pada usia empat puluh tahun, Marina jatuh sakit dan meninggal dunia tiga hari kemudian. Abbas memerintahkan agar tubuhnya dimandikan dan dikenakan jubah baru untuk upacara pemakaman. Saat itulah para rahib menyadari jati diri saudara mereka rahib “Marinus” yang sebenarnya. Hal ini membuat mereka sangat tertekan. Abbas dipanggil dan datang sambil menangis tersedu-sedu disisi pembaringan Marina. Dengan berlinang airmata Abbas memukuli dadanya menyesali segala kekeliruan yang telah dilakukannya. Putri pemilik penginapan juga dipanggil dan diberitahukan bahwa rahib “Marinus” adalah seorang wanita. Biang fitnah itu jatuh berlutut disisi Marina, menangis dan memohon pengampunan atas semua rasa sakit dan penderitaan yang harus ditanggung Marina karena fitnahannya yang keji.
Dalam misa pemakamannya, seorang biarawan tua yang buta sebelah matanya tiba-tiba dapat melihat secara penuh sesaat setelah ia menyentuh kaki Marina. Dengan penuh rasa syukur, para rahib lalu memadahkan lagu pujian atas Keagungan Tuhan yang telah mengukuhkan kesucian Marina melalui mujizat penyembuhan ini. Setelah ia dimakamkan, banyak mujizat dilaporkan terjadi pada umat yang berziarah dan berdoa di makam Marina.
Putri pemilik penginapan juga berziarah ke makam Santa Marina bersama seorang prajurit Romawi, lelaki yang dulu telah menghamilinya. Mereka berdua berdoa memohon pengampunan atas dosa yang telah mereka lakukan. Bersama-sama mereka lalu menjalani pengakuan dosa di depan umum, yang disaksikan oleh Abbas, para biarawan dan umat di Lembah Kadisha. Mereka berdua bertobat setelah tidak tahan disiksa rasa bersalah karena telah memfitnah dan menyakiti seorang wanita suci. Tradisi Gereja Maronite bahkan mengatakan : Tuhan mengijinkan setan untuk menyiksa mereka berdua setiap malam. Penyiksaan baru berhenti setelah mereka menjalani pengakuan dosa didepan umum.
Santa Marina dihormati sebagai seorang kudus oleh Gereja Katolik Roma, Gereja Maronite, Gereja-gereja Orthodox Timur dan Gereja Koptik Mesir. Dalam Gereja Katolik Roma, pestanya dirayakan pada setiap tanggal 18 juni. Pada tanggal 17 Juli 1230, Relikwi Santa Marina dibawa dari Libanon ke Venice Italia. Karena itu umat di kota Venice juga merayakan tanggal 17 Juli sebagai peringatan Hari Translasi Relikwi Santa Marina. Relikwi pahlawan iman ini kini disemayamkan disebuah gereja yang di dedikasikan bagi dirinya; Gereja Santa Marina - Venice Italia.(qq)
Marina = Bentuk Feminim dari Nama Marinus
Marianus berarti : “Berasal dari Laut” , “Orang Laut”, “Pelaut” (Latin)
Maren (Norwegian), Maren (Danish), Marijn (Dutch), Marine (Georgian), : Marine (French)
Bentuk Pendek :
Marinella, Rina (Italian), Ina (German), Marna (Danish), Rina, Rini, Riny (Dutch), Marinka (Croatian), Marinka (Slovene)
Bentuk Maskulin :
Marino (Italian), Marino (Spanish), Marijn, Marinus (Dutch), Marinos (Greek), Marin (Romanian), Marin (Bulgarian), Marin (Croatian), Marin (Serbian), Marin (Macedonian), Marinus (Ancient Roman)
Lihat juga ==> Marinus