Orang Kudus Katolik Tanggal 10 Oktober, Inspirasi Iman

Orang-orang kudus yang diperingati pestanya hari ini adalah mereka berkharisma dalam seluruh kehidupan dan karya pelayanannya sebagai pengikuti Kritstus dan Imam Tuhan. Santo Fransiskus Borgia, Santo Daniel dari Ceuta dan Santo Paulinus dari York meninggal sebagai pembela kebenaran bahkan ada yang sebagai martir Kristus.

Santo Fransiskus Borgia, Superior General Serikat Jesus ke-3

Santo Fransiskus Borgia

Francisco de Borja y Aragon, Superior General Serikat Jesus ke-3


Fransiskus Borgia (Francesco Borgia de Candia d'Aragon) adalah Raja Muda Catalonia yang meninggalkan kehidupan duniawi untuk menjalani kehidupan religius dalam biara Serikat Jesus. Lahir di Spanyol pada tanggal 28 Oktober 1510, Fransiskus adalah putera sulung dari pasangan Juan de Borgia, Raja Muda Gandia, dan Juanna de Aragón. Seorang saudaranya, Tomas Borgia, kelak juga menjadi seorang imam lalu diangkat menjadi uskup Malaga dan Uskup Agung Zaragoza.

Sejak kecil ia sudah terlihat sebagai seorang anak yang saleh dan memiliki cita-cita untuk menjadi seorang biarawan. Namun keluarganya mengirimnya ke istana Raja Charles V, dari kekkaisaran Romawi Suci (yang juga disebut Raja Charles I dari Spanyol), di mana ia disambut  dengan hangat sebagai keluarga kerajaan dan sering menemani Kaisar pada berbagai kesempatan. 

Pada bulan September 1526, Fransiskus menikah dengan seorang putri bangsawan Portugis bernama Leonor de Castro Mello y Meneses. Dari pernikahan ini ia memiliki delapan orang anak. Pada tahun 1539 ia dinobatkan sebagai Raja Muda Catalonia. Sebagai penguasa yang beragama Kristen, ia tampil bijaksana dan saleh. Ia menunjukkan teladan hidup yang baik kepada rakyatnya sesuai keutamaan Kristiani. Ia juga bersikap tegas terhadap para bangsawan yang korup. Oleh karena itu banyak orang tidak menyukai dia.

Ketika Ratu Isabela meninggal dunia, jenazahnya harus dibawa ke Granada. Raja Muda Fransiskus Borgia ditugaskan untuk mengawal jenazah itu. Sebelum dimasukkan ke pemakaman, peti jenazah harus dibuka untuk membuktikan bahwa memang jenazah ratu Isabella yang akan dimakamkan. Ketika peti jenazah dibuka, Fransiskus hampir pingsan oleh bau busuk yang sangat menusuk hidung. Ia menyaksikan kehancuran tubuh sang ratu yang dulu begitu cantik, bahkan dipujanya. Sejak saat itu Fransiskus berjanji untuk tidak lagi mengabdi pada penguasa duniawi, yang dapat mati dan hancur tubuhnya. Ia bertekad menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan berjanji akan memperbaiki cara hidupnya. 

Tatkala isterinya meninggal dunia pada tahun 1546, Fransiskus memutuskan masuk Serikat Yesus. Segala harta miliknya ia wariskan kepada anaknya yang sulung. Fransiskus menjadi seorang biarawan, lalu ditahbiskan menjadi imam dalam usia 41 tahun. Ia dincintai para saudara Jesuitnya karena kerendahan hati dan cara hidupnya yang sangat sederhana. Mantan Raja Muda ini tidak segan melakukan pekerjaan kasar dan sering mengerjakan pekerjaan yang dianggap hina oleh banyak orang. Ia dikenal saleh dan kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati membawa banyak orang pada pertobatan.

Fransiskus sangat berjasa pada saat pembentukan apa yang saat ini dikenal sebagai Universitas Gregoriana di Roma. Kesuksesannya itu membuat Paus Julius III menyatakan keinginannya untuk mengangkat Fransiskus menjadi seorang kardinal. Namun Fransiskus merasa tidak layak dan ingin menolak jabatan mulia tersebut. Ia lebih senang berkarya ditengah umat atau menjadi seorang misionaris. Namun ia juga tidak mungkin membantah keputusan Paus. Karena itu sebelum keputusan paus diterbitkan, Fransiskus Borgia, dengan sepengetahuan atasannya Santo Ignatius de Loyola, meninggalkan kota Roma secara diam-diam dan kembali ke Basque, Spanyol.

Disana ia merasa senang dapat menghabiskan waktunya dalam keheningan dan doa. Namun Saudara-saudara Jesuitnya membujuk Fransiskus untuk menerima peran kepemimpinan yang kata mereka : telah ditakdirkan baginya. Jadilah pada tahun 1554, menerima permintaan Santo Ignasius de Loyola untuk menjadi Komisaris Jenderal Serikat Jesus di Spanyol. Setelah itu, dua tahun kemudian, Fransiskus juga diberi tanggung jawab untuk mengelola karya Misionaris Serikat Jesus di Hindia Timur dan Hindia Barat. Pada tahun 1565, Fransiskus terpilih menjadi Superior Jendral Serikat Jesus yang ketiga, setelah kematian superior Jendral Serikat Jesus yang kedua, Diego Laynez SJ, pada bulan Januari 1565.

Cita-citanya sebagai pemimpin Serikat Yesus ialah memperluas wilayah apostolatnya ke seluruh penjuru dunia. Para Jesuit dikirim sebagai missionaris ke berbagai negeri, seperti ke Polandia, Mexico, Peru dan Brasilia. Jumlah kolese Jesuit diperbanyak untuk mendidik kader-kader yang dapat melanjutkan karya Gereja. Ketika berusia 61 tahun, ia mendapat tugas dari Paus Pius V untuk mempersatukan para raja Kristen guna menghadapi ancaman bangsa Turki atas wilayah-wilayah Kristen. Bersama dengan Paus Pius V dan Santo Karolus Borromeus, ia juga bekerja keras mereformasi Gereja Katolik.

Fransiskus Borgia tutup usia karena sakit pada tanggal 30 September 1572. Jenazahnya dimakamkan di Madrid, Spanyol. Pada 23 November 1624 ia dibeatifikasi oleh Paus Gregorius XV dan pada 20 Juni 1670 ia dikanonisasi oleh Paus Klemens X.***



Santo Daniel dari Ceuta 

Daniel dari Maroko, Daniel Martir


Pada Tahun 1220  Ordo Fransiskan memperoleh mahkota kemartiran oleh para martir perdana Ordo ini. Para pahlawan iman tersebut adalah : Santo Berardus, Santo Petrus, Santo Adjutus, Santo Accursio dan Santo Odo. Peristiwa ini telah membangkitkan semangat kerasulan yang luar biasa diantara para putera Santo Fransiskus untuk ikut mempersembahkan jiwa dan raganya dalam pewartaan Iman bagi Kristus.

Pada tahun 1227, tujuh tahun setelah kemartiran Santo Berardus dan kawan-kawan di Maroko; Daniel, provinsial Fransiskan dari Calabria, seorang yang sangat menonjol kesuciannya, bersama enam orang saudara fransiskannya : Angelus,  Samuel,  Donulus,  Leo,  Hugolinus dan  Nicholas, disertai dengan berkat dari Minister General Fransiskan, berangkat ke Maroko untuk mewartakan Injil Kristus kepada orang-orang Muslim.

Setelah berlabuh di Ceuta (Ceuta terletak di Afrika Utara dan saat itu berada dalam kekuasaan Sultan Moor di Maroko; sekarang menjadi wilayah Kerajaan Spanyol)  mereka pun segera bertekad untuk berkhotbah dalam kota pelabuhan yang besar itu. Sebelum berkhotbah di pusat kota, mereka mendapat informasi dari para pedagang Kristen bahwa ada larangan keras bagi semua orang Kristen untuk memasuki kota itu. Mereka sadar bahwa kegiatan mereka dibayangi dengan bahaya yang besar, dan mereka pun mempersiapkan diri secukupnya.

Pada hari Sabtu, 2 Oktober, para Fransiskan ini mengawali hari mereka dengan mengaku dosa, merayakan misa dan menerima Sakramen Mahakudus, dan kemudian menghabiskan sisa hari itu dalam doa. Pada sore harinya, sebagaimana dilakukan oleh Tuhan pada sore hari menjelang sengsara-Nya, mereka pun saling membasuh kaki satu sama lain. Pada hari Minggu pagi mereka memasuki kota itu dan mulai berkhotbah kepada orang-orang yang berkerumun di sepanjang jalan dan tempat-tempat umum. Dengan berani meeka menyatakan bahwa keselamatan hanya didapatkan dalam nama Yesus. Kota pun seketika bergolak. Penguasa Muslim segera memerintahkan agar Pengkhotbah-pengkhotbah yang penuh keberanian itu dijebloskan ke dalam penjara. Di sana mereka menulis kepada pedagang-pedagang Kristen yang berdiam di luar kota:

“Terberkatilah Tuhan, Bapa segala kerahiman, yang menghibur dan memperkuat kita dalam segala kekacau-balauan kita! Tuhan kita telah memberi perintah kepada kita:  ‘Pergilah dan wartakanlah Injil kepada semua makhluk.’ Dia telah berkata: ‘Hamba tidak lebih besar daripada Tuan; bila orang menganiaya kamu, ingatlah bahwa mereka telah terlebih dahulu menganiaya Saya.’ Tersentuh oleh kata-kata ini, kami hamba-hamba Yesus Kristus yang miskin dan tidak layak ini, telah meninggalkan rumah kami dan telah datang untuk berkhotbah di negara ini demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa, dan demi kekalutan orang-orang tak beriman yang keras kepala. … Dan kendati kami mungkin telah banyak menderita, kami sangat dihibur dan diperkuat oleh Tuhan. Kami pun mengharapkan semoga Dia akan berkenan menerima persembahan hidup kami. Hanya kepada-Nyalah pujian dan kemuliaan untuk selama-lamanya.”

Seminggu kemudian, para tahanan itu dihadapkan pada Gubernur, dan mereka dibujuk untuk mengingkari iman mereka, mula-mula dengan janji-janji, kemudian dengan ancaman-ancaman. Semuanya tetap teguh dalam iman mereka pada Kristus dan mereka pun dijatuhi hukuman penggal kepala.

Mereka berenam lalu menunduk berlutut di depan Daniel, atasan mereka, berterimakasih kepadanya karena mereka telah dianugerahi kesempatan memperoleh mahkota kemartiran. Mereka pun minta berkat. Pater Daniel, dengan lelehan air mata kegembiraan, memeluk mereka satu per satu, memberkati mereka, dan berkata :

“Marilah kita bergembira dalam Tuhan, teman-temanku yang setia, karena hari ini adalah hari pesta untuk kita! Malaikat-malaikat yang kudus telah datang untuk membimbing jiwa-jiwa kita pergi ke tempat tinggal yang abadi, dan hari ini para martir berpakaian jubah putih akan menerima kita ke dalam persekutuan kudus mereka. Surga telah terbuka di atas kepala kita, kita akan segera menjadi milik kebahagiaan yang kekal.”

Demikianlah kepala mereka menggelinding dari balok itu, tetapi jiwa mereka terbang melayang ke surga. Jenazah mereka kemudian dipindahkan ke Spanyol dan kemudian terjadi banyak mukjizat berkat pengantaraan mereka.

Santo Daniel, Santo Angelus,  Santo Samuel,  Santo Donulus,  Santo Leo,  Santo Hugolinus dan  Santo Nicholas  dikanonisasi oleh Paus Leo X pada tahun 1516.



Santo Paulinus dari York 

Paulinus of York, Paulinus of Rochester


Santo Bede Venerabilis menggambarkannya sebagai seorang yang : "Jangkung, sedikit bungkuk, berambut hitam, berwajah tipis dan sempit, hidungnya bengkok, namun kehadirannya adalah sebuah kemuliaan dan membangkitkan rasa kagum".  Ia adalah Santo Paulinus York, salah seorang missionaris yang dikirim Paus Santo Gregorius Agung untuk mengkristenkan bangsa Anglo-Saxon (Inggris) yang saat itu adalah bangsa pagan penyembah berhala. Tidak banyak catatan tentang Paulinus sebelum keberangkatannya ke Inggris. Yang bisa diketahui adalah bahwa Paulinus sebelumnya adalah seorang biarawan dan berasal dari kota Roma.

Ia tiba di Inggris pada tahun 601 dan karyanya dimulai dengan bekerja membantu Santo Agustinus Canterbury. Agustinus sudah lebih dahulu diutus paus ke Inggris pada tahun 596. Paulinus lalu diutus ke Kerajaan Kent, dimana ia kemudian membabtis seluruh keluarga Kerajaan Kent serta para bangsawan bawahan raja. Ia tinggal di Kent sampai pada tahun 625. Pada tahun itu diselenggarakan perkawinan antara Edwin, raja Northumbria yang masih kafir, dengan puteri Ethelburga, saudari raja Kent yang sudah dibabtis dan menjadi seorang kristen yang saleh. Kelak, Ethelburga juga dinyatakan sebagai seorang kudus. (Santa Ethelburga – Pesta : 8 September).

Sehubungan dengan perkawinan itu Paulinus mengajukan kepada Edwin syarat berikut ini : Perkawinan itu tidak boleh membatasi kebebasan Ethelburga, dalam melaksanakan kewajiban agamanya dan Edwin harus melindungi Ethelburga dalam menghayati imannya. Edwin menerima syarat tersebut. Setelah pernikahan, Paulinus pindah ke Northumbria untuk menjadi pembimbing rohani Ethelburga.

Pada awal karyanya di Northumbria, Paulinus secara perlahan menanamkan iman Kristen dalam hati orang-orang Northumbria termasuk raja Edwin. Sang raja kemudian bertobat dan minta dipermandikan pada tahun 627. Peristiwa ini berdampak besar pada seluruh rakyat Northumbria. Banyak orang yang memberikan dirinya untuk dibabtis mengikuti contoh raja mereka.

Namun enam tahun kemudian karya Paulinus di Northumbria hancur berantakan saat kerajaan itu diinvasi oleh Raja Cadwallon ap Cadfan dari Gwynedd, yang memerangi Nortumbria bersama raja Penda dari Mercia. Edwin dan putera mahkota Osfrith tewas dalam sebuah pertempuran di Hatfield (Battle of Hatfield). Kerajaan Northumbria runtuh dan wilayahnya jatuh ketangan para penyerbu yang masih kafir.

Invasi ini membuat karya misi di Northumbria dihentikan. Paulinus dan para diakonnya, bersama dengan Ratu Ethelburga dan dua orang anaknya berhasil menyelamatkan diri ke Kerajaan Kent. Ada catatan tentang seorang diakon bernama James yang memilih untuk tetap tinggal di Northumbria agar dapat memberikan pelayanan iman kepada umat.

Di tengah masa yang sulit ini, Paulinus menerima Pallium dari Paus  Honorius I, tanda pentahbisan dan kewenangannya sebagai seorang Uskup Agung. Ia ditunjuk menjadi Uskup Agung wilayah York dan beberapa tahun kemudian menjadi Uskup Agung di Rochester.

Santo Paulinus berkarya di Rochester sampai ia tutup usia di tahun 644. Ia digantikan oleh uskup Ithmar, uskup Agung pertama dari kalangan pribumi Anglo-Saxon.***


Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT