Dengan dorongan paus, yang menjadikannya seorang Uskup, Willibrordus menghantar banyak orang untuk menerima kekristenan. Raja kaum Franken, Pepin, juga bekerjasama dengan Willibrordus.
Willibrordus dilahirkan di Inggris pada tahun 658. Ia dididik selama bertahun-tahun di biara Benediktin Rath Melsigi Irlandia. Sebagian besar hidupnya dilewatkan sebagai seorang misionaris di negeri-negeri yang sekarang adalah Jerman, Belanda, Luxemburg dan Denmark. Telah lama ia memendam kerinduan mendalam untuk mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya di negeri-negeri itu. Akhirnya, kerinduannya menjadi kenyataan. Dengan dorongan paus, yang menjadikannya seorang Uskup, Willibrordus menghantar banyak orang untuk menerima kekristenan. Raja kaum Franken, Pepin, juga bekerjasama dengan Willibrordus.
Seorang raja yang amat keras kepala mempersulit orang kudus kita ini. Dia adalah Rodbod, Raja Friesland. Suatu ketika kapal misionaris dibawa ke sebuah pulau yang diangap keramat bagi berhala kaum kafir Denmark dan Friesland (suatu propinsi di utara Belanda). Tak seorang pun diperbolehkan membunuh binatang apapun di sana. Mereka juga tidak diperbolehkan makan sayur maupun buah-buahan apapun yang tumbuh di sana, pun tidak diperbolehkan mengambil air dari mata airnya, terkecuali dalam keheningan. Guna menunjukkan kepada mereka bahwa berhala mereka tidak ada, Willibrordus membunuh beberapa binatang buruan untuk dijadikan hidangan bagi kawan-kawannya. Ia juga membaptis tiga orang di mata air di sana. Mendengarnya mengucapkan kata-kata, “Saya membaptis engkau” yang diucapkan dengan lantang, kaum kafir merasa yakin bahwa ia akan roboh dan tewas. Tentu saja, tak suatu pun terjadi. Kepada Raja Rodbod dikabarkan mengenai peristiwa ini dan raja memerintahkan agar salah seorang dari antara orang-orang Kristen harus mati demi “meredakan murka sang berhala”. Jadi, demikianlah salah seorang dari mereka menjadi martir.
Setelah raja mangkat, Willibrordus dengan penuh semangat terus mempertobatkan banyak orang. Meski ia telah semakin tua, tak ada suatu pun yang dapat menghentikan rasul kita ini. Ia masih seorang yang rupawan, penuh sukacita, bijaksana serta saleh. Ia penuh kasih sayang dan perhatian kepada sesama hingga akhir hayatnya. Uskup Willibrordus wafat pada tahun 739.
Santo Herculanus adalah seorang uskup dari Perugia dan diangkat menjadi santo pelindung kota itu. Menurut Santo Gregorius Agung, Herculanus mengalami kemartiran ketika Totila, raja Ostrogoth, merebut kota Perugia di tahun 549.
Raja Totila dikatakan telah memerintahkan Herculanus harus benar-benar dikuliti hidup-hidup. Namun, para tentara Ostrogoth yang melaksanakan perintah mengerikan ini merasa kasihan pada bapa uskup. Mereka mengabaikan perintah tersebut dan memutuskan untuk memenggal kepala sang Uskup agar menghindarkannya penyiksaan yang mengerikan.
Santo Gregorius Agung juga menulis bahwa dalam empat puluh hari, kepala Herculanus (yang telah dipotong), ditemukan telah bersatu kembali dengan tubuhnya.
Santo Ernestus adalah seorang Abbas biara Benediktin di Zwiefalten, Jerman pada abad ke-12. Ia mendampingi para Crusaders (Tentara Salib) dalam perang Salib ke-2 yang berlangsung antara tahun 1145 sampai 1149. Ia tergugah oleh khotbah Santo Bernardus yang meminta agar para imam dan biarawan ikut juga mendampingi para tentara dalam Perang Salib untuk membebaskan Tanah Suci dari pendudukan bangsa Arab.
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, Ernestus berpesan kepada para biarawan di biaranya; "Kematian yang menanti bukanlah masalah bagiku, selama hal itu memungkinkan aku untuk dapat menderita demi kasih Kristus."
Perang Salib ke-2 ini dipimpin oleh Kaisar Conrad III dari Jerman, saudara Kaisar Otto dari Freising dan St.Ernest yang memimpin para imam dan biarawan. Perang ini tidak berhasil. Di antara dua atau tiga lakh tentara Kristen yang berangkat berperang, hanya beberapa ratus yang dapat kembali dua tahun kemudian.
Santo Ernestus sendiri tidak pernah mencapai Yerusalem. Ia tertangkap dalam perjalanan ke Yerusalem pada tahun 1148 dan dibawa sebagai tawanan ke Mekah oleh seorang komandan dari raja Persia. Disana ia diberi pilihan; masuk Islam atau dibunuh. Dia menolak murtad. Karena itu ia disiksa dan dibunuh sebagai seorang martir Kristus.
Santo Vinsensius (Vincenzo) Grossi lahir pada tanggal 9 Maret 1845 di Cremona, Lombardy, Italia Utara, sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, buah hati dari Baldassare Grossi dan Maddalena Capellini. Sejak kecil Vincenso telah belajar bagaimana menjadi seorang Katolik sejati dari ibunya yang saleh, dan belajar bekerja keras dari ayahnya.
Setelah menerima komuni pertama, Vincenzo mengungkapkan keinginannya untuk masuk biara dan menjadi seorang imam. Awalnya sang ayah sangat menentang keinginannya. Baldassare Grossi lebih menginginkan putra bungsunya untuk tinggal bersama keluarga dan bekerja di pabrik keluarganya. Namun beberapa tahun kemudian ia berubah pikiran dan mengijinkan Vincenzo keluar rumah dan menjalani panggilan hidupnya. Pola hidup Vincenzo yang kudus dan kesungguhan putranya menanggapi panggilan Tuhan atas dirinya telah meluluhkan hati Baldassare Grossi.
Vincenzo Grossi lalu masuk seminari dan memulai studi imamatnya di Cremoa pada tanggal 4 November 1864. Lima tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 22 Mei 1869, ia ditahbiskan sebagai imam. Setelah merayakan misa pertama bersama keluarga besarnya, Vincenzo lalu ditugaskan menjadi pastor paroki di kota Regona, Italia. Selanjutnya pada tahun 1883 ia ditunjuk menjadi pastor paroki di Vicobellignano, Italia Utara.
Pada tahun 1885 Vincenzo Grossi mendirikan sebuah Oratorium yang disebut Institutum Filiarum Oratorii (Latin) atau dalam bahasa Italia disebut Figlie dell'Oratorio, (disingkat : F.d.O). Oratorium ini mengadopsi regula Santo Filipus Neri dan berkarya merangkul kaum muda Katolik dan menuntun mereka untuk menjalani panggilan hidup masing-masing. Oratory ini secara khusus berkarya dalam bidang pendidikan bagi anak-anak dan kaum muda Katolik. Vicenzo menjadi pemimpin Oratorium yang pertama. Ia adalah teladan bagi para pengikutnya karena menjalani pola hidup yang sangat miskin sesuai kaul kemiskinan para anggota Oratorium. Ia juga menjadi terkenal akan kemampuannya dalam berkhotbah.
Vincenzo Grossi tutup usia dengan tenang pada tanggal 7 November 1917 dalam usia 72 tahun. Ia di beatifikasi oleh Paus Paulus VI pada tanggal 1 November 1975 setelah sebuah mujizat yang dikaitkan dengan perantaraannya diselidiki, divalidasi, dan disetujui oleh oleh Paus. Kemudian pada tanggal 18 Oktober 2015, Vincenzo Grossi dikanonisasi oleh paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus Roma.***