Orang-orang kudus Katolik yang diperingati pestanya hari ini merupakan pribadi-pribadi yang sangat setia dan teguh pada imannya akan Kristus yang diyakini sebagai Tuhan dan penyelamat. Mereka rela menderita bahkan ada yang hingga rela dibunuh namun kemudian mereka mendapatkan anugerah dan mahkota sebagai martir Kristus.
Nilai historis dari kisah Santa Barbara sangat lemah dan sukar ditelusuri lagi. Hanya ada sebuah kisah seperti legenda yang beredar di kalangan umat Kristen pada abad ketujuh dan menjadi sangat populer sekitar abad kesembilan. Tahun kehidupannya juga sulit dipastikan, namun pesta perayaan bagi Santa Barbara sudah ada sejak jaman Gereja Perdana dan kisah tentang Santa Barbara juga tercantum dalam tradisi dan buku-buku kuno. Semuanya menyebutkan bahwa Barbara adalah seorang martir pada masa penganiayaan Kaisar Maximianus.
Legenda tentang Santa Barbara mengisahkan bahwa ia adalah anak dari Diocorus, seorang pedagang Romawi yang kaya raya. Diocorus sering mengadakan perjalanan jauh untuk urusan perdagangan. Karena itu, setiap kali ia bepergian, ia akan mengunci Barbara di menara rumah mereka supaya tidak ada gangguan apa pun kepada Barbara. Di atas menara itu terdapat dua jendela dengan tujuan Barbara dapat melihat kepulangan ayahnya dan juga melihat keindahan laut.
Ketika Dioscorus pulang, ia melihat keganjilan pada menara puterinya. Sekarang ada tiga buah jendela dan di atas pintu menara terpaku sebuah salib. Dengan lantang ia menghardik Barbara : "Apa yang telah kau lakukan?" Dengan tenang Barbara menerangkan apa yang terjadi selama ayahnya bepergian : "Ketika ayah pergi, aku memanggil seorang imam. Ia sangat baik dan mengajariku tentang Bapa yang Mahabaik yang mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia ini untuk menyelamatkan kita. Tetapi Putera yang bernama Yesus itu dibunuh di atas kayu salib."
"Lalu??" kata ayahnya dengan gusar.
"Kini Tuhan Yesus mengutus Roh Kudus untuk membimbing kita kepada Bapa di surga. Aku sungguh yakin dan mohon diselamatkan Tuhan Yesus. Maka imam itu membaptis aku. Untuk menghormati Tritunggal Mahakudus itu, aku menyuruh orang membuat jendela ketiga; dan supaya Yesus yang di salib itu tetap melindungi aku, maka kupasang salib di atas pintu masuk."
Diocorus melotot! Ia marah sekali mendengar ceritera puterinya karena ia adalah seorang Romawi kafir yang percaya kepada dewa-dewa. Dengan mata gelap, Dioscorus menyeret Barbara sambil berteriak : "Ikuti aku ke pengadilan. Kau harus menyangkal kepercayaanmu yang tidak masuk akal itu!"
Karena saat itu Barbara baru berusia 14 tahun, maka hakim tidak bisa memutuskan apa-apa dan mengembalikannya kepada Diocorus. Diocorus bertambah berang. Ia lalu menyeret Barbara untuk diserahkan kepada para algojo agar disiksa supaya ia bisa menyangkal imannya. Namun upayanya sia-sia. Barbara tetap setia pada imannya. Akhirnya, Diocorus menghunus pedangnya sendiri dan menebas leher Barbara hingga tewas. Pada saat itu pula Dioscorus disambar petir dan mati seketika.
Berasal dari kata Yunani βαρβαρος (barbaros) yang berarti "orang asing"
Christianus adalah misionaris suku bangsa Preussen, Jerman dan uskup pertama di Keuskupan Kulm. Ia mendirikan banyak gereja dan menyebarkan Injil di daerah yang luas itu. Selama enam tahun uskup Christianus ditahan oleh orang-orang kafir di negeri itu, sampai akhirnya ia wafat pada tahun 1245.
Christianus adalah nama Latin yang berarti "Seorang Kristen " atau “Seorang pengikut Kristus”
Santo Osmundus lahir dalam keluarga bangsawan di Seez, Normandy Perancis. Ayahnya adalah Henry, Raja muda Normandy Perancis. Ketika ayahnya meninggal dunia, ia pun menggantikannya sebagai Raja muda Normandy.
Ketika pamannya, Raja William, mengalahkan Raja Harold II dari Inggris dalam pertempuran di Hastings pada tahun 1066, Osmundus dan pasukannya ikut serta mendampingi raja. Atas jasanya dalam peperangan tersebut, ia pun diangkat menjadi Kanselir Inggris.
Kanselir Osmundus dikenal sebagai seorang yang jujur dan berjiwa pemimpin. Namun ia tidak lama menduduki jabatan tersebut. Jabatan terhormat itu tidak membuatnya nyaman karena ia lebih menyukai suasana hidup dalam biara yang penuh kedamaian. Ia merasakan sebuah panggilan yang kuat untuk menjalani hidup yang lebih religius. Selain itu, Osmundus juga sangat prihatin dengan kehidupan rohani umat di Inggris saat itu yang sangat merosot akibat peperangan yang terus-menerus terjadi.
Pada tahun 1078, Osmundus ditahbiskan menjadi Uskup Salisbury, Inggris. Ia berusaha keras memperbaharui kehidupan rohani umatnya dan membaharui liturgi Gereja. Untuk menjamin kesatuan liturgis, ia mengeluarkan peraturan-peraturan tentang perayaan ekaristi, ofisi ilahi dan pemberian sakramen-sakramen. Peraturan-peraturan yang disebutnya Ritus Sarum ini berlaku selama lima abad.
Selama menjabat sebagai uskup, ia menulis banyak buku dan mendirikan banyak gereja di seluruh keuskupannya. Osmundus memimpin keuskupan Salisbury selama 20 tahun sampai saat ia tutup usia pada tahun 1099.
Awalnya Santo Osmundus dimakamkan di Old Sarum. Setelah kanonisasinya pada tanggal 1 January 1457, jasadnya dipindahkan ke kota Salisbury dan disemayamkan di Kathedral Salisbury. Saat Reformasi Anglikan meletus, makam dan jasadnya dihancurkan atas perintah dari raja Henry VIII.
Osmundus adalah nama latin yang berasal dari bahasa Old English “Osmund”; yang berarti : Pelindung, Perisai, Sang Pelindung, Pelindung yang baik.
St. Yohanes dari Damaskus (John Damascene) hidup pada abad 7 - 8. Ia dilahirkan di kota Damaskus dari keluarga Kristen yang taat. Ketika ayahnya wafat, Yohanes diangkat menjadi gubernur kota Damaskus. Pada waktu itu, merebaklah perpecahan antara umat Kristiani akibat konflik Ikonoklass (Iconoclasm).
Kaisar Romawi Timur di Konstantinopel mengeluarkan perintah yang melarang umat Kristiani untuk memiliki patung atau pun gambar-gambar Yesus Kristus dan para kudus. St. Yohanes tahu bahwa kaisar salah. Karenanya, ia bergabung dengan yang lainnya untuk mempertahankan tradisi yang sudah berakar dalam hati umat Kristiani. Paus sendiri meminta Gubernur Yohanes untuk terus memberi bimbingan pada umat bahwa memiliki patung atau pun gambar-gambar kudus adalah suatu hal yang amat baik. Patung maupun gambar-gambar para kudus adalah sarana yang membantu kita untuk tetap mengingat akan kehadiran Sang Ilahi.
Tetapi kaisar tidak mau taat kepada Bapa Suci. Ia bahkan mengirimkan pasukan untuk menangkap Paus dan tetap melarang penggunaan patung dan gambar-gambar para kudus untuk ditempatkan di tempat-tempat umum. St.Yohanes dengan berani menulis tiga pucuk surat kepada kaisar. Ia meminta kaisar untuk mengakhiri jalan pemikirannya yang salah.
Akibatnya kaisar menjadi amat murka dan ingin melampiaskan dendamnya. Yohanes memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai gubernur. Ia lalu menyumbangkan segala kekayaannya kepada para miskin dan menjadi seorang rahib. Ia terus menulis buku-buku yang mengagumkan untuk mempertahankan iman Katolik. Antara lain :
Tiga "Risalah Apologetik menentang mereka yang mencela Gambar-gambar Suci"; Risalah-risalah ini berisi penjelasan-penjelasan terperinci dan tanggapan atas maklumat Kaisar Romawi Timur Leo III yang melarang pemajangan gambar-gambar para suci.
Sumber Air Kebijaksanaan, Sebuah karya Santo Yohanes dari Damaskus yang luar biasa yang terbagi menjadi tiga bagian :
Kephalaia philosophika (Bab-bab Filosofis) Umumnya dinamai 'Dialectic', sebagian besar membahas masalah logika, tujuan utamanya adalah untuk menyiapkan para pembaca supaya bisa mengerti lebih baik lagi dari isi buku ini.
Peri haireseon (Mengenai Penyimpangan Terhadap Ajaran Gereja) membahas Penyimpangan Kaum Ishmael dari Ajaran Gereja. Berbeda dengan bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai penyimpangan terhadap ajaran gereja yang biasanya hanya beberapa baris panjangnya, bab ini memakan tempat beberapa halaman dalam karya tulisnya ini. Dokumen ini menjadi salah satu karya tulis polemik Kristiani pertama yang menentang Islam, dan yang pertama ditulis oleh seorang Ortodoks Yunani/Melkite.
Ekdosis akribes tes orthodoxou pisteos (Sebuah Penjelasan Terperinci yang Tepat mengenai Iman Ortodoks) – Bagian ketiga buku ini dikenal sebagai bagian yang paling penting dari warisan Santo Yohanes dari Damaskus, dan merupakan sebuah peninggalan Kristiani yang sangat berharga.
Selain menulis Santo Yohanes juga melakukan segala pekerjaan kasar sebagaimana para rahib di biara tersebut. Suatu hari ia pergi untuk berjualan keranjang di pinggir jalan kota Damaskus. Orang-orang yang mengenali sang mantan Gubernur itu banyak yang mencemooh dan menjadikannya sebagai bahan tertawaan. “Ini dia orang yang dahulunya adalah gubernur kota yang hebat, sekarang dia berjualan keranjang....”
Berat sekali penderitaan yang harus ditanggung oleh St.Yohanes. Namun dalam penderitaannya ia belajar bagaimana menjadi seorang pengikut kristus yang sejati; seorang yang rendah hati. Ia senantiasa memikirkan Yesus, Putera Allah, yang memilih untuk dilahirkan di sebuah kandang yang hina. Kemudian, ia merasa berbahagia dapat meneladani kerendahan hati Kristus.
St. Yohanes wafat dengan damai dan tenang pada tahun 749 dan ia dihormati oleh para bapa Gereja saat itu sebagai seorang yang Kudus. Oleh Gereja Khatolik Roma Ia sering disebut-sebut sebagai “The last of the Church Fathers” (Bapa Gereja yang terakhir).
Pada tahun 1883 ia maklumkan sebagai Doktor Gereja (Doctor of the Church) oleh paus Leo XIII.
Yohanes Berasal dari nama Yunani Ιωαννης (Ioannes), yang aslinya berasal dari nama Ibrani יוֹחָנָן (Yochanan) yang berarti "YAHWEH Maha pengasih", "Allah Maha Baik"