Orang Kudus Katolik Tanggal 03 Januari, Inspirasi Iman

Tiga orang kudus yang diperingati Gereja Katolik hari ini merupakan pribadi-pribadi yang memiliki integritas hidup tinggi di dalam seluruh karya pelayanan Pastoral dan Pewartaan Injil. Kesalehan hidup merekan menjadi teladan bagi banyak orang yang kemudian membuat mereka layak dimahkotai dengan dengan gelar kudus.

Santa Genoveva

Santa Genoveva


Santa Genoveva dilahirkan sekitar tahun 422 di Nanterre, sebuah desa kecil, empat mil jauhnya dari Paris. Ketika masih sangat muda, ia rindu untuk membaktikan hidupnya kepada Yesus.

Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, Genoveva tinggal bersama neneknya. Ia menghabiskan waktunya dengan berdoa setiap hari. Ia menjadi sangat akrab dengan Yesus dan ingin membagikan kebaikan-Nya kepada orang-orang lain juga. Genoveva adalah seorang gadis yang lemah lembut dan murah hati. Dengan caranya sendiri, ia melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi sesama.

Penduduk Paris bersiap-siap hendak melarikan diri dari suatu balatentara ganas yang datang untuk menyerang mereka. Genoveva tampil. Ia membangkitkan semangat warga kota agar mengandalkan Tuhan. Ia mengatakan bahwa jika mereka melakukan matiraga, maka mereka akan dibebaskan. Orang-orang percaya dan melakukan apa yang dikatakannya, dan balatentara Hun yang ganas sekonyong-konyong berbalik kembali. Mereka tidak menyerang kota sama sekali.

St.Genoveva mengamalkan belas kasihan dan ketaatan pada kehendak Allah setiap hari sepanjang hidupnya, bukan hanya pada waktu kesesakan. Tak pernah ia menyerah dalam melakukan sebanyak mungkin kebajikan. Kesetiaan kepada Yesus dan keberanian adalah karunia-karunia istimewa yang menjadi kesaksian hidup yang ditinggalkan Genoveva bagi kita.

Salah satu cara terbaik yang dapat kita lakukan bagi negara kita adalah berdoa bagi para pemimpin negara. Kita mohon pada Tuhan untuk membimbing mereka demi kebaikan kita semua.

St. Genoveva memberikan teladan kesetiaan dan keberanian dalam mengandalkan Tuhan, teristimewa dalam masa-masa sulit di negaranya. Berdoa bagi para pemimpin negara merupakan salah satu cara yang dapat kita lakukan bagi negara kita, memohon Tuhan agar membimbing mereka dalam membuat keputusan-keputusan yang tepat bagi kebaikan semua orang.

 

Arti nama

Genevieve = Pohon Juniper (Perancis), Gelombang Putih, Roh Putih (Wales)




Santo Paus Anterus

Paus ke-19


Santo Paus Anterus adalah Paus kita yang ke-19, menggantikan Santo Paus Pontianus  setelah Pontianus tertangkap dan dibuang ke tempat kerja paksa di Sardinia.

Ia lahir di Petilia Policastro, Calabria. Ayahnya bernama Romulus, dan diperkirakan berasal dari Yunani. Dalam masa pontifikatnya yang hanya berlangsung selama enam minggu; dari tanggal 21 November 235 sampai 3 Januari 236, ia mendirikan sebuah keuskupan baru di kota Fondi (dekat Lazio – Italia) dan membuat catatan yang lebih terperinci tentang kesaksian dan riwayat hidup para martir yang tewas pada masa penganiayaan tersebut.

Paus Anterus tertangkap dan dihukum mati pada tanggal 3 Januari 236 pada masa penganiayaan Kaisar Maximinus I (kaisar Romawi tahun 235-238) dan dikuburkan di Katakombe Santo Kalisitus, Roma. Makamnya ditemukan kembali pada tahun 1854.


Arti nama

Aterus adalah bentuk lain dari nama : Andreas.



Santo Kuriakose Elias Chavara

Pendiri Konggregasi Maria Imaculata (CMI) dan Kongregasi Suster Bunda Karmel (CMC)


Santo Kuriakose Elias Chavara adalah seorang kudus dari Gereja Katholik Siro-Malabar yang dikanonisasi oleh Paus Fransiskus pada tanggal  23 November 2014. Ia adalah santo kedua dari Gereja tersebut setelah Santa Alfonsa Muttathupadathu yang dikanonisasi oleh Paus Benediktus XVI tanggal 12 Oktober 2008.

Gereja Katolik Siro-Malabar atau Gereja Suriah Malabar adalah salah satu Gereja Katolik Ritus Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katholik Roma. Umat Siro-Malabar disebut juga sebagai umat “Nasrani Mar Thoma” yang berarti umat “Kristen Thomas”  karena menurut tradisi, gereja ini didirikan oleh Rasul Thomas di abad pertama.

Kuriakose Elias Chavara lahir di Kainakary, Kerala, India Selatan, pada tahun 1805.  Ia adalah putra pasangan katolik yang saleh,  Iko Chavara dan Mariam Thoppil. Chavara kecil dididik penuh disiplin dalam tradisi Gereja Katolik Siro-Malabar.

Setelah menamatkan Sekolah Dasar di Kalari, Elias Chavara memutuskan untuk masuk Seminari menengah di Pallipuram. Di Seminari, Elias Chavara ternyata unggul dalam mata pelajaran linguistik. Ia dengan cepat menguasai beberapa bahasa, seperti Askara, Siria, dan Sansekerta. Kemampuan ini membuat ia populer sebagai siswa yang cerdas dan disukai oleh para gurunya. Ia juga mudah bergaul dengan siapapun, termasuk Pater Thomas Palackal, Rektor Seminari. Berkat Pater Palackal, elias Chavara memutuskan untuk menjadi seorang biarawan Ordo Karmel.

Usai menamatkan studinya, pada tanggal 29 November 1829 Elias Chavara ditahbiskan menjadi seorang imam oleh Mgr Maurelius Stabilini di Arthunkal.

Pater Elias Chavara kemudian bergabung dengan dua imam lainnya, Pater Thomas Palackal Malpan, mantan rektor di seminarinya dulu, dan  Thomas Porukara Kathanar yang tengah berupaya untuk mendirikan sebuah Konggregasi baru di India yang berdasarkan pada tradisi biara Karmel. Pada tanggal 11 Mei 1831, sebuah terekat religius baru berdiri di Mannanam dan diberi nama : Konggregasi Karmelit Maria Imaculata (CMI).  Ini merupakan Kongregasi religius pertama yang didirikan di India dan para anggotanya dikenal sebagai para “Abdi Maria Imaculata”.

Kehadiran CMI membuat Gereja Katolik Siro-Malabar mengalami perkembangan pesat. Berbagai karya muncul dari CMI, mulai pendirian seminari pertama di Mannanam pada 1833. Percetakan Deepika yang adalah Majalah Katolik pertama Siro-Malabar muncul pada 1844. Tak berapa lama, berdiri Sekolah Katolik pertama berbahasa Sansekerta di Kerala tahun 1846, dan percetakan Katolik pertama di Kerala pada 1846.

Pada 8 Desember 1855, Elias Chavara mengikrarkan kaul sebagai anggota CMI bersama 10 orang rekan Karmelit nya. Ia mengambil nama biara Kuriakose Elias dari Keluarga Kudus. Nama ini ia dedikasikan kepada Nabi Elia dan juga ingin mewarisi semangat Keluarga Kudus. Ia juga terpilih menjadi Superior Jendral CMI pada 1856.

Santo Kuriakose Elias Chavara juga terkenal akan upayanya merestorasi liturgi Gereja Siro-Malabar, khususnya penggunaan bahasa Malalayam (bahasa pribumi India Selatan) kedalam liturgi. Kesuksesannya membuat Vikariat Apostolik Wilayah Verapolly India, Mgr.Bernardo (Giuseppe) Baccinelli OCD mengangkatnya sebagai Vikaris Jendral (Vikjen) Gereja Katolik Siro-Malabar pada tahun 1861.  Kala menjabat sebagai Vikjen, Pater Chavara harus berjuang mempertahankan persatuan dan keutuhan umat Gereja Katolik Siro-Malabar dari pengaruh bidaah Thomas Rochos, seorang Kristen Nestorian yang tidak mengakui Primat Tahta Suci Roma.

Pada tanggal 13 Februari 1866, Pater Chavara melengkapi CMI dengan pelayanan bagi kaum wanita India. Ia mendirikan Konggregasi Suster Bunda Karmel (CMC); kongregasi suster pertama yang didirikan di India.

Pada akhir hidupnya, Pater Chavara banyak menyumbangkan ide lewat tulisan. Satu tulisan yang terkenal hingga kini adalah Testament of a Loving Father. Selain itu, ada juga beberapa tulisan hasil meditasinya, seperti Atmanutapam (Penyesalan Jiwa), Parvam (Nyanyian Jiwa). Dalam bidang sastra, ia menghasilkan karya yang secara publik diakui kualitasnya, seperti Dhyanasallapangal (Meditasi Bersama), Dhyanakuripukal (Tempat Meditasi/Retret).

Kuriakose Elias Chavara tutup usia dengan tenang di Biara Koonammavu, Kochi, India pada tanggal 3 Januari 1871 dalam usia 65 tahun.  Jenasahnya disemayamkan di Gereja St Philominas Koonammavu, dan baru dipindahkan ke Gereja St.Joseph Mannanam pada tahun 1889.

Pada tanggal 7 April 1984, hampir satu abad setelah hari kematiannya, Bapa Suci Yohanes Paulus II menggelari pater Kuriakose Elias Chavara sebagai Venerabilis. Dua tahun kemudian tahta Suci mengesahkan mujizat kesembuhan Joseph Mathew Pennaparambil, seorang anak berusia enam tahun yang lahir dengan kelainan pada kakinya. Kaki Joseph menjadi normal secara ajaib pada bulan April 1960 berkat doa melalui perantaraan pater Elias Chavara. Mujizat ini melengkapi syarat dari proses beatifikasi. Pada tanggal 8 Februari 1986, Paus Yohanes Paulus II memimpin misa Beatifikasi Pater Chavara di kota Kottayam, Kerala, India.  

Santo Kuriakose Elias Chavara kemudian dikanonisasi oleh Paus Fransiskus pada tanggal 23 November 2014. Upacara Kanonisasi ini dapat dilaksanakan setelah Vatikan mengesahkan sebuah mukjizat penyembuhan yang terjadi di tahun 2007 pada Maria Rose Kottarathil yang matanya juling. Mata Maria secara ajaib menjadi normal  setelah berdoa melalui perantaraan Santo Kuriakose Elias Chavara.


Arti nama

Nama Kuriakose diturunkan dari nama Aramaic ܩܘܪܝܩܘܣ (Quriaqos) atau dari versi  Yunani  Κυριακος (Kyriakos), yang berarti "Berasal dari Tuhan"




LINK TERKAIT