Umat paroki St. Eduardus Watunggong mengkepresikan rasa syukur atas kemerdekaan Negara RI ke 79 dalam sebuah Perayaan Ekaristi yang dilangsungkan dalam nuansa busana khas Congkar dan belnagsung khidmat.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah memasuki sebuah usia yang tidak lagi muda. Kini NKRI telah mencapai usia yang ke 79 tahun kemerdekaannya.
Menjelang perayaan Kemerdekaan RI ke 79 tahun, seluruh komponen bangsa berupaya untuk berbuat sesuatu yang baik sebagai tanda syukur dan terimakasih.
Hal tersebut juga dilakukan oleh umat Paroki St. Eduardus Watunggong, di Desa Satar Nawang, Kecamatan Congkar-Manggarai Timur, NTT.
Pada hari Jumat, 16 Agustus 2024 atas inisiatif dan koordinasi antara Pastor Paroki, Pastor rekan dan jajaran Dewan Pastoral Paroki (DPP), dilangsungkan Perayaan Ekaristi mensyukuri Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan NKRI ke 79.
Pada perayaan yang dipimpin RD. Agustinus Sunday Cakputra (RD. Sandy) dengan konselebran RD. Laurensius Teon tersebut, tampak umat bersama dengan siswa-siswa SD,SMP dan SMA memenuhi gedung gereja.
Umat secara kompak mengenakan busana khas Congkar, yakni baju putih, kain punca titi, selendang leros dan topi re'a. Busana khas Congkar tersebut dikenakan dengan maksud bahwa masyarakat Congkar sungguh-sungguh merasakan diri sebagai warga Indonesia sekaligus dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, tanpa harus meninggalkan identitasnya sebagai orang Congkar.
Dalam kotbahnya, RD Sandy menekankan tentang bagaimana kita harus bijak menempatkan diri, posisi dalam kehidupan sebagai masyarakat Indonesia dan warga gereja. Membuka wawasan tentang kewajiban kita sebagai rakyat kepada negara dan kewajiban sebagai umat religius kepada Tuhan. Mesti terus gaungkan 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia.
Kita dipanggila kepada kemerdekaan dengan maksud bahwa kita harus merasa diri sebagai insan yang bebas dari segala macam kungkungan, penjajahan terutama penjajahan masa kini yakni korupsi, kolusi dan nepotisme. Maka hal yang dibutuhkan adalah cinta kasih.
Cinta kasih mampu melewati batas-batas penjajahan dan merupakan aspek utama untuk mencapai kemerdekaan. Kita mesti terus menghidupkan cinta kasih dalam mengisi kemerdekaan ini agar kehidupan kita benar-benar bermakna.***