Di bawah bentangan terpal berwarna biru muda menyerupai atap rumah, berdiri belasan pegawai KSDA, anggota Polres Manggarai dan pegawai OPD di lingkup Pemda Manggarai.
KEUSKUPANRUTENG.ORG – Di bawah bentangan terpal berwarna biru muda menyerupai atap rumah, berdiri belasan pegawai KSDA, anggota Polres Manggarai dan pegawai OPD di lingkup Pemda Manggarai. Pagi itu, di puncak tertinggi Bukit Golo Lusang rinai hujan tak berhenti mengguyur. Tenda kecil yang saban hari digunakan untuk berjualan bakso, itu disesaki orang yang berusaha menghindari hujan. Tak jauh dari “pondok” itu bersliweran kendaraan roda dua dan empat yang diparkir sepanjang jalan raya. Setengah jam sebelumnya, mereka beriringan berangkat dari pelataran parkir Gereja Katedral.
Senin, 14 Juli 2025 pagi yang diselimuti mendung, kabut dan hujan seakan menambah keindahan Bulit Golo Lusang sebagai kawasan hutan campuran sub-tropik (hutan basah dan hutan musiman) yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan dan satwa. Di kaki langit yang seakan begitu dekat, bak negeri di atas awan, mentari masih saja enggan menampakkan binarnya meski jarum jam telah menunjukkan pukul 08.30. Ratusan orang telah memadati lokasi tempat digelarnya Ibadat Ekologis Kreatif dan Aksi Penghijauan. Kegiatan ini menjadi agenda hari ke-3 memeriahkan perayaan pastoral Lustrum Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat.
Penari dari OMK Paroki Santu Mikael Kumba saat tampil membawakan tarian dalam Ibadat Ekologis dan Aksi Penghijauan di Bukit Golo Lusang, Senin, 14 Juli 2025 pagi dalam rangka perayaan pastoral Lustrum Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat. Meski di tengah cuaca hujan tak menyurutkan antusiasme semua orang yang hadir dalam kegiatan ini. (Foto : KEUSKUPANRUTENG.ORG)
Pada tahun 2024 lalu, Gereja Keukupan Ruteng telah mencanangkan sebagai Tahun Pastoral Ekologi Integral yang mengingatkan semua orang bahwa bumi tempat kaki berpijak, ini adalah “rumah kita bersama” layaknya seorang saudari yang berbagi hidup dengan kita dan seperti seorang ibu rupawan yang menyambut kita dengan tangan terbuka (Laudato Si, 1). Panggilan untuk senantiasa giat mencintai dan merawat ibu bumi (alam) terus digemakan dan dalam perayaan pastoral Lustrum Mgr Siprianus, cinta akan alam yang menggerakkan semua orang untuk terus membangun spiritualitas ekologis kembali diwujudkan dalam Ibadat Ekologis dan aksi reboisasi hutan Golo Lusang.
Di bawah derai hujan deras, 6 penari dari OMK Paroki Santu Mikael Kumba tampil membuka Ibadat Ekologis diiringi lagu Laudato Si O Mi Signore. Mengenakan busana adat berwarna kuning dan biru mereka mengajak semua orang yang hadir untuk mengagumi alam ciptaan Tuhan yang berlimpah keindahan dan kesuburan pada tanah. Pada altar yang diletakkkan di bawah atap booth tampak selebran, Mgr Siprianus Hormat didampingi Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen dan Ketua Komisi Liturgi, RD Andi Jeramat.
Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng, RD Sebastianus Hobahana, SVD (mengenakan rompi biru), Bupati Manggarai, Herybertus G. L Nabit (tengah, berbaju merah) dan Ketua DPRD Kabupaten Manggarai, Paulus Peos bersama ratusan orang lainnya saat mengikuti Ibadat Ekologis dan Aksi Penghijauan di Bukit Golo Lusang, Senin, 14 Juli 2025 merayakan Lustrum Mgr. Siprianus Hormat. (Foto : KEUSKUPANRUTENG.ORG)
Sementara dari puluhan bangku yang berjejeran di sebuah “rumah persinggahan” yang menghadap langsung ke altar tampak Bupati Manggarai, Herybertus G. L Nabit, Ketua DPRD, Paulus Peos, Vikjen Keuskupan Ruteng, RP Sebastianus Hobahana, SVD, para Ketua Komisi di PUSPAS, para pastor paroki dan pastor vikaris dari paroki-paroki gugus Langke Rembong, biarawati dan para pengurus DPP-DKP dari 7 paroki kota dan perwakilan kelompok-kelompok kategorial. Terlihat juga puluhan pegawai Kantor KSDA Wilayah II Ruteng, anggota Polres Manggarai, anggota Sat Pol PP dan para ASN utusan OPD.
Bersama Menyelamatkan Ibu Bumi
Saat menyampaikan kata pengantarnya, Mgr Siprianus mengatakan di Bukit Golo Lusang ini terbersit harapan. Dari Kawasan tandus akibat pengrusakan oleh manusia, kini mulai menjadi kawasan hijau berkat begitu banyak tangan kasih yang ingin merawat dan menyelamatkan ibu bumi, termasuk semua orang yang pada kesempatan tersebut bersatu hati di bukit ini untuk memuji Tuhan Sang Khalik dan memohon berkat-Nya bagi tanah Nucalale tercinta ini.
Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat dan Direktur Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen saat Ibadat Ekologis dan Aksi Penghijauan di Bukit Golo Lusang dalam rangka mengisi perayaan pastoral Lustrum Mgr Siprianus, Senin, 14 Juli 2025 pagi. (Foto : KEUSKUPAN RUTENG.ORG)
“Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si menandaskan bahwa pertobatan ekologis dibutuhkan sekali oleh dunia ini dan oleh masing-masing kita. Pertobatan berarti menyadari dan mengakui kesalahan dan dosa yang merusak semesta ciptaan,” kata Mgr Siprianus.
Bangun Relasi Persekutuan dan Cinta dengan Alam
Dalam pesan homilinya, Direktur PUSPAS Keuskupan Ruteng, RD Dr. Martin Chen menuturkan, Tuhan tidak hanya menciptakan semua makhluk baik adanya, namun setiap makhluk juga diciptakan berjejaring dengan yang lainnya. Setiap makhluk tidak hanya ada untuk dirinya sendiri tetapi juga harmonis atau serasi dengan yang lain. “Persis inilah yang dipesankan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si, bahwa alam semesta ini bukan rusak pertama-tama oleh karena perubahan dari alam itu sendiri tapi rusak karena makhluk (manusia) yang diciptakan dengan harapan menjadi wajah yang memelihara dan merawat semuanya, namun manusialah yang merusakkan segalanya.”
Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat saat melakukan penanaman pohon yang dikenang sebagai “Pohon Lustrum” dalam kegiatan Misa Ekologis dan Aksi Penghijauan di Bukit Golo Lusang, Senin, 14 Juli 2025. Kegiatan ini menjadi rangkaian acara dalam rangka merayakan Lustrum Mgr Siprianus. Semua orang yang menghadiri kegiatan ini juga melakukan penanaman pohon untuk menjaga kelestarian hutan kawasan ini. (Foto : KEUSKUPANRUTENG.ORG)
Bapa Suci Paus Fransiskus, RD Martin menuturkan, mengajak semua kita untuk mencoba mengembangkan relasi yang lembut dan peduli dengan alam yang ada dalam sebuah relasi persekutuan dan cinta. “Itulah yang hari ini sama-sama kita lakukan di Bukit Golo Lusang ini. Seperti susana hujan deras yang kita alami saat ini, hendaknya tidak dilihat sebagai hal yang menyebalkan tapi merupakan berkat yang memberikan kehidupan dan menjadi sumber mata air bagi semua orang yang membutuhkan,” ujar RD Martin disamput sorak riuh umat yang hadir.
Bukti Nyata Kepedulian Ekologi Keuskupan Ruteng
Dalam ibadat ekologis ini, semua orang diajak untuk bersama-sama melantunkan lagu “O Tuhanku Sungguh ku Terpesona” dengan gestikusasi (gerakan tubuh) dilanjutkan ritus doa berkat atas anakan pohon oleh Mgr Siprianus. Seusai ibadat, dilanjutkan dengan seremoni penanaman pohon yang dilakukan oleh Mgr Siprianus, Bupati Manggarai, Herybertus, Ketua DPRD Manggarai, Paulus Peos, Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng, RP Sebastian dan para imam serta tokoh masyarakat. Meski dilakukan dalam cuaca yang tak bersahabat, penanaman pohon mendapat perhatian semua orang dan disambut tepukan tangan meriah umat.
Direktur Lembaga Karitas Keuskupan Ruteng, RD Benediktus Gaguk, disapa Romo Beben (kanan) dan Pastor Paroki Santu Mikael Kumba, RD Kornelis Hardin yang disapa Romo Dino (kiri) saat melakukan penanaman pohon dalam kegiatan Ibadat Ekologis dan Aksi Penghijauan di Bukit Golo Lusang dalam rangka rangkaian acar Lustrum Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat. (Foto : KEUSKUPANRUTENG.ORG)
Hampir seribu anakan pohon ditanam oleh semua petugas Kantor KSDA, aparat kepolisian dan semua umat yang hadir. Mereka berjibaku menghijaukan Golo Lusang dengan satu semangat yang sama : kasih yang tulus pada ibu bumi. Berbagai jenis pohon yang ditanam pada kesempatan ini, seperti Ara, Beringin/Langke, Ngantol, dan Namut. Derasnya hujan tak menyurutkan antusiasme semua yang hadir untuk melakukan penghijauan di lokasi-lokasi yang telah ditentukan di Bukit Golo Lusang.
Berbincang dengan KEUSKUPANRUTENG.ORG, Kepala Bidang KSDA Wilayah II Ruteng, Dadang Suryana, S.Hut.T, M.Sc mengatakan, pihaknya senang dan berharap agar kerja sama merawat lingkungan melalui ibadat ekologis dan penghijauan ini tetap selalu dilakukan ke depannya demi menjaga kelestarian Taman Wisata Alam Ruteng dan demi anak cucu kita.
“Hutan TWA merupakan titipan anak cucu kita semua. Konservasi seperti ini sangat bagus untuk dilakukan secara kolaboratif. Kegiatan hari ini merupakan bukti nyata kepedulian dari keuskupan Ruteng dalam menjaga alam yang diawali dengan ibadat ekologis,” tuturnya.